Samarinda, Kaltimku.id – Di tengah meningkatnya jumlah pasien penyakit jantung di Kalimantan Timur, keberadaan Gedung Jantung Terpadu RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo seharusnya menjadi tonggak baru dalam peningkatan layanan kesehatan spesialis. Namun harapan itu dibayangi kekhawatiran: fasilitas modern tersebut terancam belum bisa beroperasi penuh akibat kebutuhan anggaran operasional yang belum terpenuhi.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Damayanti, menegaskan bahwa persoalan ini bukan sebatas isu teknis, tetapi menyangkut kemampuan daerah mengurangi ketergantungan rujukan kesehatan ke luar daerah.
“Kalau anggaran tambahan tidak segera disiapkan, operasionalnya bisa terhambat. Dampaknya langsung dirasakan masyarakat yang membutuhkan layanan jantung,” ujarnya.
Kaltim selama ini menghadapi lonjakan pasien jantung yang membutuhkan penanganan cepat dan spesialisasi tinggi. Tidak sedikit pasien harus dirujuk ke luar daerah, yang bagi banyak keluarga berarti beban biaya tambahan yang sulit ditanggung.
Damayanti menilai pembangunan gedung yang megah tidak otomatis menjamin peningkatan mutu layanan. Tanpa peralatan medis lengkap, tenaga terlatih, dan anggaran operasional memadai, fasilitas tersebut dikhawatirkan hanya menjadi bangunan tanpa fungsi optimal.
“Gedung ini investasi jangka panjang, tapi tanpa peralatan dan dukungan anggaran, manfaatnya tidak akan maksimal,” tegasnya.
Ia juga menekankan aspek inklusivitas layanan. Banyak warga berpenghasilan menengah ke bawah menghadapi hambatan biaya ketika memerlukan tindakan spesialis jantung, sehingga penguatan pembiayaan negara menjadi syarat mutlak agar layanan benar-benar bisa diakses publik secara luas.
Damayanti meminta Pemprov Kaltim, DPRD, dan manajemen RSUD Kanujoso memperkuat koordinasi agar kebutuhan anggaran tidak terlambat. Jika terpenuhi, gedung tersebut berpotensi menjadi pusat rujukan regional yang dapat mempercepat penanganan kasus jantung di provinsi ini.*






