AIR MATA para orang tua (Ortu) selalu tumpah di setiap tahun ajaran (TA) baru. Para ortu menangis haru dan bahagia saat anak-anak mereka dinyatakan lulus. Namun akan menangis pedih saat anak-anak mereka gagal masuk di sekolah idaman.
Peristiwa tersebut selalu berulang dan berulang setiap tahun, juga di tahun 2021-2022. Sistem penerimaan murid SLTP dengan Zonasi atau radius jarak antara tempat tinggal dengan sekolah yang dituju banyak dikeluhkan bahkan diprotes para ortu.
Bagaimana tidak, mereka (para pelajar) yang dengan tekun belajar menjelang ujian, agar memperoleh nilai yang baik (tinggi) menjadi sia-sia, karena tak dipakai sebagai dasar bisa diterima di jenjang sekolah yang lebih tinggi.
“Anak saya lulus SD dengan nilai bagus, tapi jadi sia-sia karena sistem zonasi, sementara alamat kami di Balikpapan Kota (Pasar Baru), jarak dengan sekolah (SMP) sangat jauh,” keluh seorang ibu dengan wajah letih saat ikut bersama ratusan ortu menggeruduk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan, Senin (21/6/2021).
Memang, kasus klise ini senantiasa terjadi di dunia pendidikan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sebab, jumlah murid yang lulus dari SD (Sekolah Dasar) dan akan melanjutkan ke jenjang SLTP ada ribuan, sementara daya tampung SMP khususnya SMP Negeri sangat tidak seimbang.
Selain sistem Zonasi tahun ini juga ada sistem Afirmasi, Prestasi dan Perpindahan. Namun yang menjadi ketidakpuasan para ortu, sistem Zonasi dianggap sangat tidak berkeadilan.
“Harusnya pemerintah kota juga membangun gedung sekolah baru (SMP) di wilayah yang masih sangat minim gedung sekolahnya, agar masalah ini tak terjadi di setiap tahun ajaran baru,” saran mereka (para ortu).
Beda lagi dengan mereka yang hendak melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA. Mereka yang tak bisa diterima di SMA/SMK Negeri, banyak yang mendapat ‘bisik-bisik’ kalau mau lewat ‘belakang’ bisa, tapi dengan syarat harus menyiapkan dana sekian juta dan bla-bla.
Hal seperti ini memang sudah lama berlangsung. Tapi entah bagaimana, tak bisa dicegah dan seakan menjadi kebiasaan setiap tahun ajaran baru yang entah siapa yang memulainya.*
Wartawan: Hary/Ariel S