Banjir di Kota Barabai Perpanjang Sengsara Warga di Desa Pahalatan yang Sudah Dua Bulan Terendam

Kaltimku.id, BARABAI — Bencana banjir di Kota Barabai, Kalimantan Selatan (Kalsel), 7 — 8 Februari 2022 makin menambah kesengsaraan warga di Desa Pahalatan, Kecamatan Labuan Amas Utara (LAU). Warga di sana sudah terendam genangan banjir selama dua bulan lebih.

“Kalau warga Barabai kebanjiran kami tertawakan saja. Paling dua tiga hari sudah surut. Bandingkan dengan kami di Pahalatan yang sudah terendam banjir dua bulan lebih,” ucap salah satu warga Pahalatan, Mulyadi agak berseloroh.

Bacaan Lainnya

Dikontak awak media ini, Selasa sore (8/2/2022), Mumul atau Imul — sapaan akrab penjual ikan basah dan kering — itu melukiskan, genangan air bah di desanya sejak akhir November 2021 memang sempat agak menyurut dalam dua tiga hari terakhir.

Namun, adanya banjir yang kembali di Barabai dan sekitar membuat turunnya banjir pasti ke Pahalatan yang berada di dataran rendah dan berawa-rawa, sehingga genangannya tambah dalam dan akan lebih lama. Bahkan kemungkinan bisa 5 bulanan lebih.

Genangan ba’ah atau banjir yang diekspresikan Mumul bagai lautan tak bertepi itu memang dianggap warga biasa saja. Tapi, karena genangannya cukup lama dan terus-terusan merendam ruas jalan, halaman masjid, langgar, sekolah SD, dan sebagian pelataran rumah, tetap saja membuat warga agak kesulitan beraktivitas.

“Ulun saurang (saya sendiri), misalnya, kalau mau ke pasar harus naik perahu bermesin (ces atau ketinting) dulu bawa barang sampai ke tempat peninggalan sepeda motor. Padahal, biasanya Ulun naik sepeda motor dari rumah langsung saja pergi ke pasar,” cerita Mumul di lokasi terpisah.

“Mau tak mau kita harus pakai ces dulu sampai ke tempat aman. Baru naik sepeda motor bawa jualan ke pssar,” timpal Sapri, penjual ikan basah lainnya di Pasar Jumahat Bagambir, Bamban Utara, Kandangan.

Baik Sapri, Mumul atau penjual ikan lainnya yang sama-sama dari Pahalatan tak memasalahkan adanya tambahan ongkos naik ces bawa barang jualan pergi pulang. Yang penting, aku Sapri, ia bisa berjualan di pasar demi memenuhi keperluan dapur keluarga.

Tapi, bagi warga Pahalatan lainnya yang hanya mengharap hasil kebun, dan pertanian padi sawah agak prihatin. Mereka tak bisa apa-apa selain mencari ikan tawar yang hasilnya pun tak seberapa lantaran semua lahan pematangan, kebun palawija terendam genangan banjir berbulan-bulan lebih.

“Banyak warga yang punya pekerjaan apa-apa. Mereka hanya berharap adanya bantuan para donator untuk meringankan beban hidup sehari-hari,” kata Mumul dan Sapri, sambil menimpali bantuan itu hampir setiap hari ada, tapi relatif terbatas dan tidak mencukupi.

Sejauh ini belum diketahui berapa banyak jumlah rumah warga yang terdampak rendaman banjir selama berbulan-bulan ini. Begitu pula jumlah warga yang harus mengungsi dari rendaman banjir.

Sementara Camat Labuan Amas Utara (LAU), H Jamhari ketika dikonfirmasi awak media ini melalui pesan WA, Selasa (8/2) malam, belum memberi jawaban. Lantaran itu belum diketahui pula seperti apa bentuk penanganan warga di desa yang berpenduduk 914 jiwa tahun 2020 itu.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait