Bupati HSS: Perbanyak dan Sebarkan Buku “Aluh Idut, Perempuan Pahlawan Asal Kandangan” ke Sekolah

Kaltimku.id, KANDANGAN — Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, H Achmad Fikry  menyambut gembira  terbitnya penulisan buku sejarah tentang  kepahlawanan seorang perempuan asal Kandangan.  Buku itu berjudul “Aluh Idut, Perempuan Pahlawan asal Kandangan”  yang ditulis oleh Aliman Syahrani.

Kesan Bupati HSS ini diutarakan Iwan Yusi, editor penulisan buku itu seusai diterima Bupati  Achmad Fiky di kamar kerjanya, Kantor Pemkab HSS di Kota Kandangan, Kalimantan Selatan (Kalsel), Rabu, 2 Februari 2022.

Bacaan Lainnya

“Pak Bupati menyambut baik dan sangat senang. Dia menyarankan agar buku ini diperbanyak lagi dan disebarkan kepada anak-anak sekolah  mulai SD, SMP hingga SMA/SMK,” ucap Iwan Yusi seperti dikutip dari MC Diskominfo HSS, Kamis, 3 Februari 2022.

Pensiunan guru itu diterima Bupati HSS hanya sendiri. Ia tidak ditemani sang penulis buku itu lantaran Aliman Syahrani  — salah satu sastrawan di HSS —  ada kesibukan lain.

Iwan menambahkan, Bupati HSS menyarankan buku ini  diperbanyak cetakannya  dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah dengan harapan  agar para generasi muda di  HSS bisa mengetahui siapa sebenarnya sosok Aluh Idut.

Nama Aluh Idut memang dikenal masyarakat sebagai nama ruas jalan di Kota Kandangan, ibukota Kabupaten HSS. Ruas jalan ini mulai dari kawasan Parincahan sampai  ke wilayah Durian Sumur, Kecamatan  Kandangan.

Sepanjang ruas jalan Aluh Idut terdapat banyak kantor SKPD HSS dan seberang jalannya perumahan penduduk dan pertokoan. Sedang di pertigaan Parincahan ada sebuah taman yang dinamai Taman Aluh Idut.

Iwan menyebut, buku berjudul ‘Aluh Idut, Perempuan Pahlawan asal Kandangan’ ini penting diketahui anak-anak sekolah. Sebab, rata-rata murid sekolah saat ia masih mengajar dulu  tidak kenal siapa sebenarnya sosok Aluh Idut.  Mereka hanya mengenal Aluh Idut  sebatas adanya nama ruas jalan saja

Menurut dia,  buku  ini ditulis oleh Aliman Syahrani selama  lebih kurang 5 bulan. Dia sendiri ikut terlibat membantu sebagai editor dan kadang menambahkan sedikit bahan tulisan yang diambil dari berbagai  bahan bacaannya secara tertulis atau literatur.

Sumber penulisan buku ini sendiri, urai Iwan, diambil langsung dari keluarga Aluh Idut, yakni 2 orang keponakannya. Lalu  Iwan tambahkan beberapa bahan bacaannya  sampai akhirnya buku setebal 302 halaman itu rampung. Buku ini diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) HSS dan diberi kata pengantar oleh Bupati HSS.

“Kami berharap melalui buku ini  generasi kita tahu kalau di tanah Kandangan ini ada  Pahlawan Perempuan. Walau bukan pahlawan nasional,  tapi dia tetap pahlawan di hati masyarakat HSS khususnya di Kandangan,” katanya.

Iwan menceritakan sekilas isi buku itu. Aluh Idut atau nama aslinya Siti Warkiah  merupakan sosok pejuang yang keras dan tangguh melawan pemerintah kolonial Belanda. Dia  berperan sebagai intel atau mata-mata dari Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan pimpinan Brigjen Hasan Basry.

“Aluh Idut  itu pedagang keliling sekaligus memata-matai apa  yang terjadi di penjajahan kolonial. Dia bisa mendapatkan berbagai informasi untuk disampaikan ke para pejuang di Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan,” katanya sambil  menyebut,  dalam buku itu pula menceritakan  biografinya semenjak usia remaja sampai bergelar Aluh Idut.

Gelar Aluh Idut  seperti dikutip dari jpnn.com. lantaran bentuk fisiknya yang gemuk (gendut) dan tumbuh subur. Karena itu, wanita berparas lumayan cantik  akrab dipanggil dalam bahasa Banjar sebagai  Aluh (galuh) yang gendut sehingga lengket dipanggil  Aluh Idut.

Aluh Idut masuk sekolah “Verfolk School” atau sekolah rakyat  pada 1916. Setelah itu, Alut Idut  aktif di berbagai organisasi perjuangan melawan penjajah  seperti di Parindra (1935) dan bergabung ke organisasi bentukan Jepang, Fujinkai  pada Agustus 1943.

Tahun 1946, Aluh Idut membuka dapur umum sambil mensuplai senjata. Namun, pada November 1948, Aluh Idut celaka. Ia ditangkap Belanda karena ada pengkhianat yang membocorkan rahasianya. Dia  ditahan dan disiksa oleh Belanda.

Lantas pada 2 September  1949, Aluh Idut  dibebaskan dari tahanan seiring  perundingan Munggu Raya.  Dari situ ia terus memperkuat barisan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan sampai akhirnya meninggal  di Kandangan pada 5 Februari 1958, dan dimakamkan di kawasan jalan yang sekarang abadi menjadi Jalan Alut Idut itu.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait