Samarinda, Kaltimku.id – Meningkatnya kasus HIV/AIDS di sejumlah wilayah Kalimantan Timur kembali memunculkan kekhawatiran, terutama di kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan. DPRD Kaltim menilai bahwa salah satu akar persoalan yang belum tersentuh secara maksimal adalah minimnya edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di lingkungan pendidikan.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Damayanti, menuturkan bahwa tren kenaikan kasus beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat mengenai risiko penularan masih sangat terbatas. Menurutnya, HIV/AIDS bukan hanya persoalan medis, tetapi juga persoalan edukasi dan pola pikir masyarakat.
“HIV/AIDS adalah penyakit menular yang serius. Masyarakat harus memahami risikonya agar penyebaran tidak semakin meluas,” ujarnya.
Damayanti menjelaskan bahwa pola penularan masih didominasi oleh penggunaan jarum suntik tidak steril dan hubungan seksual tanpa perlindungan. Namun, ia menegaskan bahwa kurangnya akses informasi, terutama bagi pelajar dan remaja, memperbesar risiko penularan di lapisan usia produktif.
Isu kesehatan reproduksi, kata dia, masih dianggap tabu oleh sebagian kalangan, sehingga sekolah jarang memasukkan pembahasan tersebut secara terbuka dalam kurikulum. Akibatnya, banyak remaja mencari informasi dari sumber yang tidak akurat.
“Edukasi itu penting. Kita tidak boleh terus menganggap pembahasan HIV/AIDS sebagai hal tabu,” tegas politisi PKB tersebut.
DPRD Kaltim kini mendorong agar edukasi kesehatan seksual diperkenalkan secara terstruktur di tingkat sekolah. Kebijakan ini diprioritaskan untuk daerah berisiko tinggi seperti Balikpapan dan wilayah urban lainnya yang mencatatkan jumlah kasus signifikan.
Menurut Damayanti, keterbukaan informasi dan pendidikan yang tepat dapat membentuk kesadaran kolektif sejak dini tentang perilaku aman dan pencegahan penularan penyakit.
“Kita tidak bisa lagi menutup-nutupi pembahasan kesehatan seksual di sekolah. Edukasi sejak dini adalah langkah penting melindungi generasi muda,” tutupnya.*






