Kaltimku.id, PPU – Gas elpiji 3 kg di wilayah Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim) saat ini mengalami kelangkaan. Gas melon bersubsidi tersebut, sulit ditemukan di tingkat pengecer.
Salah seorang pedagang mie ayam, Feri (34) mengeluhkan sulitnya mencari gas 3 kg dalam dua minggu terakhir. Bahkan, jika mendapat gas bersubsidi tersebut, harga jualnya melambung hingga Rp 30 ribu per tabung. Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah daerah, sebesar Rp 20 ribu.
“Sudah berusaha mencari di beberapa pengecer tapi selalu kosong. Dan kalaupun ada harganya jauh dari harga normal,” ujarnya, Jumat (22/10/2021).
Feri mengaku tidak tahu secara pasti penyebab sulitnya mendapatkan elpiji melon. Padahal, setiap kali berjualan setidaknya ia membutuhkan satu tabung gas 3 kg, untuk memenuhi kebutuhan berjualan mie ayam.
Akibat kelangkaan itu, Feri yang membuka warung di wilayah Nipah-Nipah itu terpaksa harus menggunakan elpiji non subsidi. Kondisi itu mengharuskannya merogoh kocek lebih di bandingkan pemakaian elpiji melon.
“Sejak langka itu saya terpaksa memakai gas 5,5 kg. Kalau tidak begitu ya tidak bisa jualan, otomatis saya tidak bisa menafkahi keluarga saya,” terangnya.
Meski harus mengganti dengan elpiji non subsidi, pihaknya tidak berencana menaikan harga jualannya. Dikhawatirkan, hal itu akan membebani dan ditinggal pelanggan. Atas kondisi itu, ia berharap ada solusi dari pemerintah daerah maupun pihak-pihak terkait.
“Harga yang saya jual tetap mas, kalau saya naikan ya takutnya pelanggan malah lari,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi UKM Perindutrian dan Perdagangan (DisKUKM Perindag) Kabupaten PPU, Bustam saat dikonfirmasi mengatakan, langkanya stok elpiji khususnya di wilayah Kecamatan Penajam, lantaran dialihkannya pengambilan elpiji ke Balikpapan. Padahal sebelumnya, pihak agen mengambil elpiji 3 kg ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) Babulu.
“Informasinya itu pihak Pertamina meminta para agen mengambil elpiji ke Balikpapan dari SPBE Babulu,” ungkapnya.
Menurut Bustam, alasan pengalihan lokasi pengambilan elpiji disebabkan SPBE Babulu tidak sanggup melayani akibat stok terbatas. Dua agen pemasok tabung elpiji diketahui mengambil ke wilayah Balikpapan
Peralihan tersebut berdampak terhadap pasokan elpiji jenis melon oleh agen ke PPU. Pasalnya, biaya angkut dari Balikpapan lebih tinggi dibandingkan agen mengambil ke SPBE Babulu. Akibatnya, agen mengurangi pasokan
“Biasanya dua kali dropping. Karena ngambilnya ke Balikpapan dan costnya lebih besar jadinya hanya sekali dropping,” tutupnya.*
Editor: Hary T BS