Guru Andang: Masyarakat Inhil Riau Cukup Kompak, Sangat Antusias Gelar Tradisi Isra Mi’raj

Kaltimku.id, BARABAI — Warga Kota Tembilahan dan masyarakat Indragiri Hilir (Inhil), Riau, disebut KH Murjani Nurani atau Guru Andang cukup kompak. Sangat antusias menggelar tradisi peringatan Isra Mi’raj di berbagai masjid, surau-surau atau langgar.

“Itu kesan saya. Saya melihat dan merasakan sikap kekeluargaan masyarakat Inhil sangat terasa. Tak hanya di Tembilahan, tapi di pelosok-pelosok desa nun jauh terpencil,” ucap Guru Andang saat diminta kesannya terkait “Tour Tabligh Akbar” yang ia lakoni keliling Inhil dan Kota Tembilahan, Riau, 1 — 12 Februari 2022.

Bacaan Lainnya

Bicara via pesan suara, Ahad pagi, 13 Februari 2022, Guru Andang yang baru terbang dari Pekanbaru, Riau, dan transit sebentar di Bandara Soetta Tangerang (Banten) mengaku gembira. Sebab, tradisi memeringati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW itu sangat semarak di mana-mana masjid, surau atau langgar.

“Rata-rata satu masjid dan surau di sana 2 kali memeringati tradisi Isra MI’raj dalam satu bulan. Satu kali laki-lakinya, dan satu kalinya perempuan,” timpal Guru Andang yang juga Pimpinan MT, Sabilal Muhtadin Andang, Kecamatan Haruyan, Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan itu.

Dia melihat, masyarakat Inhil sangat antusias dalam memeringati acara Isra Mi’raj. Tak hanya di kota saja, tapi di berbagai pelosok desa yang jauh dan harus berlayar berjam-jam naik kapal “pungpung” atau klotok seperti di daerah Banjar.

Menurut dia, tradisi memeringati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang intinya membawa perintah shalat wajib lima waktu sehari semalam itu cukup menarik. Terutama di berbagai pelosok desa di Inhil dan di Kota Tembilahan.

Kenapa? Warga seisi kampung di sana disebutnya begitu kompak, akrab, dan bahu membahu bergotong royong. Bahkan, semuanya pula hadir pada acara tradisi Isra Mi’raj sampai selesai.

Soal penyampaian bahasa, cerita Guru Andang, tidak masalah. Pasalnya, bahasa pergaulan sehari-hari warga Inhil dan warga Kota Tembilahan adalah bahasa Banjar.

“Bahasa Banjar di sana bisa dibilang masih asli bahasa Banjar peninggalan datuk nenek mereka. Beda dengan bahasa Banjar di Benua (Kalsel) sendiri yang sudah agak “camuh” dengan bermacam versi,” urainya.

Guru Murjani pun lalu menyebut contoh kosa kata Bahasa Banjar yang masih asli di sana. Misalnya sebutan “pian” (sampian), di sana menyebutnya “andika”, lalu sebutan (sambatan) sepeda motor masih tetap “hunda” (Honda, merek sepeda motor), dan sebutan “rancak” disebut dengan “karap” dan lainnya.

Nyambungya komunikasi bahasa dan antusiasmenya warga di sana, maka Ustadz Murjani yang semakin “berkibar” di dunia tabligh atau penyampaian dakwah agama Islam ini merasa sangat terkesan.

“Saya lihat, sikap kekeluargaan, keakraban dan rasa kebersamaan di antara mereka itu yang benar-benar saya rasakan sangat terasa,” urainya seraya berharap agar tradisi memeringati Isra Mi’raj seperti ini tetap dipertahankan sampai ke anak cucu nanti, karena tradisi Isra Mi’raj ini secara turun temurun dilakukan oleh warga Banjar.

Selain itu, Guru Andang pun berpesan ke semua warga Kota Tembilahan untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan bersama. Khususnya sesama warga Banjar dan umumnya dengan semua suku bangsa di Indonesia, karena semua suku bangsa ada di Tembilahan walau bahasanya Bahasa Banjar.

Guru Andang dan anggotanya yang sempat transit di Bandara Soetta Tangerang, Banten, sudah terbang menuju Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru, Kalsel. Dia pun sudah sampai ke rumah dengan selamat setelah naik mobil melalui jalan darat.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait