Kaltimku.id, BARABAI — Gonjang ganjing harga minyak goreng (migor) satu harga makin membuat pusing masyarakat. Jangankan harganya turun ke level HET Rp14.000 per liter, migor bermerek pun sukar didapatkan lantaran barangnya disebut kosong.
“Beberapa hari lalu, saya memang jual migor yang Rp14.000. Tapi, sudah habis dan barangnya juga kosong,” ucap Haji Sarau, pemilik mini market di kawasan Bamban Utara, Kandangan (HSS).
Disambangi awak media ini, malam kemarin, Haji Sarau dan istrinya menyebut, ada beberapa warga dari Barabai (HST) yang datang ke tokonya memburu migor. Tapi, mereka pun harus kecewa karena barang yang dicari sudah tak ada.
“Susah sekarang mencari minyak goreng. Migor bermerek pun barangnya kosong,” katanya seraya mengaku ia hanya menjual dua macam merek migor kurang terkenal dengan harga Rp16 dan Rp18 ribu per liter.
Secara terpisah, Syahrum dan istrinya di Pasar Bagambir Bamban Utara, Kandangan, Jumat (18/2/2022), mengungkap senada. Tidak ada migor yang HET (harga eceran tertinggi) Rp14.000 per liter sesuai ketentuan pemerintah per 1 Februari 2022, selain migor yang bermerek.
“Jangankan ada migor yang Rp14.000, mencari minyak goreng nang bamirik (merek) gin ngalih banar (susah amat) dicari. Barangnya kosong di distributor,” ucap penjual Sembako di Pasar Bagambir dari Pajukungan, Barabai, itu.
Menurut Syahrum, kalau pun ada migor bermerek di distributor hanya merek tertentu saja dan harganya juga harga lama. Seperti misalnya migor merek Kunci Mas, Fortune, Sofia, dan Tawon.
Tapi, cara pengambilannya seperti diakali distributor. “Kita hanya bisa mengambil 1 (satu) bal atau 1 kotak isi 12 liter saja. Itu pun harus dikambuh (dicampur) distributor dengan 1 karung gula pasir dan 1 bantal tepung terigu. Kalau tidak, jangan harap kita bisa mendapatkan hanya untuk 1 bal migor saja,” timpal Bini Syahrum.
Syahrum menyebut, karena ambilandi distributor harga lama, maka pihaknya pun tetap menjual seperti biasa. Bervariasi antara Rp17, 18, 19 dan 20 ribu per liter tergantung mereknya.
Sedang migor bermerek lainnya seperti misalnya Bimoli, Tropical, Alif, Sedaaap, Filma rata-rata kosong di distributor. “Kalau pun barangnya ada, harganya tetap saja mahal,” kata keduanya seperti tak habis mengerti.
Sebelumnya, di Pasar Pantai Hambawang — pasar tradisional mingguan setiap Selasa di HST — juga sama. Rata-rata pedagang membanderol harga migor jauh di atas ketentuan HET seperti yang dijual Syahrum.
Baik Syahrum atau pedagang Sembako lainnya di Pehuluan Kalimantan Selatan (Kalsel) sama-sama mengambil migor dari sejumlah distributor di Kota Barabai. Namun, selain ambilan terbatas, banyak migor bermerek yang menghilang di pasaran.
Sejauh ini belum diketahui apa migor bermerek ini benar-benar kosong di gudang-gudang distributor? Ataukah memang ada distributor “nakal” yang sengaja melakukan penimbunan?
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) HST sendiri, H Syahruli saat dikonfirmasi terpisah, belum ingin berspekulasi. Dia pun belum memberikan komentar banyak.
“Saat ini tim kami terus lakukan pantauan harga. Mudahan minggu ini agenda migor kita jalan di pasar- pasar rakyat HST,” ucapnya agak diplomatis tanpa menyebut agenda yang seperti apa menyikapi gonjang ganjing harga migor ini.*
(JJD, wartawan Senior Kalimantan)