Legislator Kaltim: Program Keedit Bankaltimtara Diharapkan Merata

Kaltimku.id, SAMARINDALegislator DPRD  Kaltim Nidya Listiyono menginginkan program kredit  dari Bankaltimtara  bekerjasama dengan pemerintah  daerah diharapkan bisa merata di kabupaten dan kota,  karena sangat membantu melawan rentenir  yang marak di  masyarakat hingga  ke kampung-kampung.

“Kita patut apresiasi, ada dua daerah yang sudah memiliki program kredit melawan rentenir yakni Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kota Samarinda, sudah memberikan kredit kepada pelaku UMKM  tanpa bunga,” kata Nidya, Senin.

Bacaan Lainnya

Dia berharap kepada tim percepatan akses keuangan daerah (TPAKD) dioptimalkan perannya di masing-masing daerah. Sebab program kredit melawan rentenir  tersebut bukan hanya dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, tapi juga masyarakat di pedalaman yang membutuhkan modal kerja.

Agiel

Hal senada  juga disampaikan Anggota DPRD Kaltim, Agiel Suwarno menyarankan pemerintah kabupaten turut aktif dalam mengoptimalkan TPAKD sebagai lokomotif ekonomi kerakyatan.

“ Hal ini penting sebagai upaya dalam pemulihan ekonomi pasca sebelumnya dihantam pandemi COVID-19. Pemerintah kabupaten dan kota  harus menjalin kolaborasi dengan Bankaltimtara sebagaimana yang dicontohkan oleh Kabupaten Kukar dan Kota Samarinda,” katanya.

Menurutnya, program kredit ini  tanpa bunga. Jika di Samarinda dan Kukar  bisa diprogramkan,  Begitu juga  hendaknya di daerah lain seperti  Kutai Timur,Kutai Barat, Kota  Bontang, Balikpapan, Berau, Penajam, Paser dan  Mahakam Ulu.

“Kalau perlu tahun depan semua kabupaten  dan kota  secara merata memprogramkan kredit ini. Saya melihat keadaan, masih banyak warga yang terjerat dengan lintah darat atau rentenir,” ungkap Agiel.

Menurut Agiel justru masyarakat di pedalaman yang sangat membutuhkan program kredit seperti ini. Sebab akses lembaga keuangan di sana masih sangat terbatas. Maka pinjaman informal non bank marak dengan bunga yang relatif tinggi.

“Di pedalaman itu kan kadang satu kantor kas Bank hanya mengcover  tiga  kecamatan sekaligus,  sehingga akses keuangannya memang terbatas. Untuk transaksi perbankan saja mereka kadang harus jauh ke ibukota kecamatan sehingga  hal ini menjadi PR kita bersama,” paparnya.***

Pos terkait