Merengkuh Keindahan Panorama Kota Beriman dari Berbagai Sisi Bukitnya

Oleh: Muhammad Royyan Fadh

 

Bacaan Lainnya

Juara I Lomba Menulis Esai Hari Jadi Kota Balikpapan ke 128 2025

Pendahuluan

Indonesia, terkhusus wilayah Kalimantan Timur (Kaltim), sedang menghadapi dua transisi sekaligus: transisi menuju energi terbarukan dan transisi Ibu Kota Negara (IKN). Berbeda halnya dengan perubahan seekor ulat yang menjadi lebih besar karena pertumbuhan, transisi layaknya metamorfosis sempurna dari ulat menjadi kupu-kupu; dari yang dulunya mengonsumsi daun menjadi sari bunga. Dalam contoh ini, masa transisi seperti halnya berada dalam wujud kepompong dimana terjadi proses pendefinisian ulang jati diri dalam menghadapi perubahan yang drastis (Bridges, William dan Susan Bridges, 2021). Kaltim sedang berada dalam masa-masa sulit itu karena harus bersiap melepaskan hal yang sudah terpatri sejak lama: dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil tambang terbesar di Indonesia. Ditambah lagi, perpindahan IKN mendorong Kaltim agar bersiap untuk dipadati oleh semakin banyak penduduk. Maka, bertahan pada bentuk lama yang sudah tidak relevan tentu hanya akan semakin besar peluangnya menuju jurang keterpurukan.

Perekonomian Kaltim akan lesu jika terus bergantung pada sektor pertambangan. Belakangan ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim masih dikuasai oleh pertambangan dan penggalian (Tim Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Timur, 2024). Selaras dalam laporan Tim Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (2024) yang menunjukkan bahwa komoditas ekspor hasil tambang Kaltim masih mendominasi hingga 74,29 persen, jauh diikuti oleh hasil industri 16,41 persen, dan migas 9,85 persen. Masalahnya, komoditas tak terbarukan yang mendominasi ekspor tersebut diperkirakan akan habis sekitar 112 tahun ke depan (Tim Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Timur, 2023). Belum lagi tekanan global—menghadapi krisis iklim—yang mendorong transisi penggunaan energi terbarukan dan menargetkan tercapainya nir emisi pada 2050 (Hasjanah, 2023). Bahkan, menurut berita yang beredar, puncak permintaan hasil tambang akan anjlok di tahun 2030 mendatang (Pristiandaru, 2023).

Dalam menghadapi transisi energi dan IKN, Kaltim berupaya melepaskan diri dari ketergantungannya pada sektor ekstraktif dengan giat mengembangkan bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf). Menurut Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan (LKjIP) Tahun 2023—sebagai masalah pokok—bahwa kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Kaltim terhadap perkembangan ekonomi daerah dinilai masih rendah (Tim Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, 2023). Sebagai upayanya, pada 2024 lalu, Kaltim mengadakan beberapa event besar seperti East Borneo International Folklore Festival (EBIFF), Kaltim Expo 2024, serta Kaltim Travel Fair (KTF) (Anras, 2024). Selain itu, Dinas Pariwisata Kaltim juga terus melakukan peningkatan promosi destinasi wisata, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemberdayaan masyarakat lokal, kerja sama dengan berbagai pihak, dan lain sebagainya (Multianatha, 2023). Dampaknya menunjukkan hasil positif bagi pariwisata Kaltim: mendapat peringkat kedua di Indonesia setelah Bali dalam indikator Tingkat Penghunian Kamar (TPK), kunjungan wisatawan mengalami kenaikan, dan indikator transportasi menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik (Sefty, 2024).

Dampaknya, Kota Balikpapan jadi memiliki peluang emas untuk meraup keuntungan ekonomi lebih besar dalam sektor pariwisata dibanding kota-kota lain di Kaltim. Menurut data kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) dan Wisatawan Nusantara (Wisnus) di Kabupaten/ Kota se-Kaltim pada 2013-2021, Balikpapan selalu menjadi kota dengan predikat terbanyak dikunjungi—mencapai kurang lebih separuh dari total wisatawan Kaltim (Tim Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, 2021). Sebagai penyangga IKN, Kota Balikpapan di tahun 2024 juga mengalami lonjakan wisatawan sebesar 42 persen dibanding tahun 2023 (Alexander, 2024). Hal ini didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana seperti bandara internasional yang mampu bersaing dalam pelayanan kelas dunia (Tim Angkasa Pura, 2022), pelabuhan yang semakin baik (Rasad, 2024), serta memiliki ketersediaan kamar dan tempat tidur hotel terbanyak di Kaltim (Zaini dkk, 2019). Maka, transisi yang dihadapi saat ini dapat menjadi momentum berharga demi bangkitnya pariwisata di Kota Balikpapan.

Ditambah lagi, transisi yang terjadi juga menghadirkan sisi baiknya dalam bantuan percepatan pembangunan Kota Balikpapan. Keberadaan IKN telah menstimulasi peningkatan anggaran Parekraf Kaltim dari yang sebelumnya 25 persen menjadi 30 persen dari total anggaran Parekraf Nasional (Tim Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, 2024). DPRD Provinsi Kaltim pun bersedia mendukung pembangunan Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang IKN, terutama dalam hal pengembangan Parekrafnya (Tim Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, 2024).

Namun, Pemerintah Kota Balikpapan saat ini dinilai masih belum maksimal dalam melakukan pengembangan pariwisata. Hal ini karena program-program yang direncanakan cenderung hanya dapat menarik minat Wisnus daripada Wisman (Poniran, 2024). Diketahui, Wisman saat ini mengharapkan lebih dari sekadar liburan. Mereka ingin mengenal lebih dalam keautentikan masyarakat lokal beserta kebudayaannya (Rahayu dkk, 2024).

Pada dasarnya, untuk menjadi kota yang autentik sehingga memiliki daya tarik dapat dilakukan dengan menyajikan yang apa adanya itu sebagai ada apanya (lebih bernilai).  Potensi pariwisata Balikpapan yang ada di daerah perbukitan sepertinya jarang dilirik. Padahal Kota Beriman ini didominasi bukit sejumlah 85 persen dan sisanya berupa daerah landai dan terletak di sekitar aliran sungai, pesisir pantai, dan daerah di antara perbukitan (Tim Inventarisasi dan Identifikasi Hutan Kota Balikpapan, 2022). Akan tetapi, berdasarkan Tim Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2024), dari total 84 tempat wisata di Balikpapan, tercatat hanya sedikit yang berada di daerah perbukitan sementara yang lainnya masih didominasi taman di dataran rendah, pantai, hingga kawasan mangrove. Oleh karenanya, penting untuk menggali lebih dalam potensi daerah perbukitan Kota Balikpapan sebagai tempat wisata yang mampu berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi demi menghadapi dua transisi sekaligus.

Pembahasan

Dari mata turun ke hati; dari panorama yang indah menuju perasaan dan pikiran yang cerah. Pemandangan bisa menjadi pesona utama dalam rangka meningkatkan antusiasme wisatawan. Didukung oleh hasil penelitian Usman (2023) yang menunjukan bahwa keindahan pemandangan suatu wisata memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wisatawan. Tidak heran, meski harus melewati jalur yang sulit dengan sarana dan prasarana yang belum memadai, tidak sedikit orang yang tetap rela melaluinya demi bisa menikmati pemandangan yang memukau. Dalam media sosial akhir-akhir ini, tempat-tempat seperti itu—memiliki pesona keindahan luar biasa tetapi tersembunyi dan belum banyak diketahui—seringkali disebut sebagai hidden gem yang secara harfiah berarti permata tersembunyi.

Bukit-bukit di Balikpapan juga menyimpan permata tersembunyi. Selayaknya seseorang yang mengambil gambar dengan sisi tertentu sehingga kecantikannya jadi lebih terpancar, begitu juga dengan sisi bukit tertentu di Balikpapan dalam menyajikan keelokan panorama. Dari sana, wisatawan dapat menyaksikan secara apik di udara terbuka: bangunan, pepohonan, jalanan dengan berbagai kendaraan yang berlalu-lalang, perairan dengan kapal-kapalnya, hingga langit yang seringkali dilewati pesawat terbang. Semua itu tentu akan tersusun dan tergambar secara khas sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Terdapat beberapa lokasi di Balikpapan yang ditemukan memiliki sisi bukit menarik dan belum tercatat sebagai tempat wisata di Balikpapan dalam Tim Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2024), serta memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut dan menambah daftar wisata yang ada di Balikpapan, yaitu:

1. Kedai Kata Hati
Pemandangan yang tersaji di Kedai Kata Hati ini mampu membuat makanan dengan harga ekonomis menjadi terasa berkelas. Lokasinya cukup strategis karena masih berada di pusat kota: kawasan Karang Rejo, Gang Rambutan, Kecamatan Balikpapan Tengah. Tempat yang buka mulai dari sore hari sampai dengan mendekati pertengahan malam ini menampilkan panorama Balikpapan dengan nyala obor Pertamina yang dikelilingi lampu-lampu kota serta ditambah susunan lampu yang ada di kedai, mampu membuat malam di Balikpapan menjadi terkesan romantis. Meskipun hanya menyajikan berbagai kopi dan camilan yang tampak umum tetapi tempat ini telah mampu menunjukkan daya tariknya yang kuat, dibuktikan dengan terus dilakukannya renovasi kedai demi meningkatkan daya tampung pengunjung.

2. Cafe Puncak
Sesuai dengan namanya, tempat ini berada di sebuah puncak, di daerah Prapatan, Kecamatan Balikpapan Kota. Terletak di bukit yang tak jauh dari Lapangan Merdeka dan Pantai Kemala, bukit ini memiliki suasana yang lebih hening karena cukup berjarak dari hiruk-pikuk kota. Cafe Puncak sendiri memiliki konsep pelayanan seperti sebuah warung kopi dengan menyajikan makanan dan minuman yang sederhana seperti mie instan, kopi, beragam makanan ringan, dan tentunya ditambah panorama kota yang mewah. Ketika dikunjungi saat matahari masih cukup tinggi, sisi bukit ini mampu memberikan pemandangan yang menarik dengan menunjukkan sisi laut dari ketinggian disertai pemandangan Kota Balikpapan yang asri. Terlebih, ketika senja tiba dimana langit memerah di atas birunya laut dan hijaunya kota lalu berpadu hingga tercipta lukisan hidup yang tak dipungkiri akan menjadi panorama yang menarik mata.

3. Askit
Sisi bukit menarik lainnya berada di kawasan Kampung Baru, di Jalan Gunung Gembira, Kecamatan Balikpapan Barat. Orang-orang setempat sering menyebutnya sebagai Askit atau Asrama Bukit. Asrama yang dimaksud di sini adalah rumah negara yang diperuntukkan bagi anggota kesatuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sehingga di dekat bukit ini tampak deretan rumah bercat hijau (asrama). Uniknya, Askit dibangun menggunakan anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) akibat terjadinya longsor pada 2022 lalu (Zakaria, 2022). Setelah perbaikan selesai, sisi bukit ini justru tampak lebih menarik karena mampu menyediakan tempat yang lebih luas untuk menyaksikan panorama perumahan di pesisir, teluk Balikpapan, obor dan kilang Pertamina, sampai dengan penampakan daerah seberang: Penajam Paser Utara.

Namun, menawarkan pemandangan indah dari sisi bukit saja tentu tidak akan cukup untuk menarik minat banyak wisatawan. Permata itu perlu dipoles dan dibentuk sedemikian rupa sehingga lebih memikat dan nilai jualnya meningkat; agar keindahan panorama itu bisa direngkuh lebih banyak orang, diperlukan proses pengembangan lebih lanjut. Dalam Pratiwi (2023) disebutkan terdapat empat kerangka pengembangan pariwisata yaitu Attraction, Amenity, Accessibility, dan Ancillary (4A).

Seperti halnya sebuah pondasi, attraction (daya tarik) adalah hal dasar dari keempat kerangka pengembangan pariwisata sehingga amat penting untuk diperkuat. Pemandangan dari sisi-sisi bukit Kota Balikpapan tersebut sebenarnya sudah dapat menjadi modal yang cukup untuk menarik wisatawan. Akan tetapi, masih rentan dalam hal menunjukkan aktivitas yang menarik. Berbeda dengan wisata pantai, selain menikmati pemandangan, wisatawan juga bisa melakukan berbagai aktivitas seperti bermain pasir dan berenang, sementara di perbukitan tampaknya aktivitas hanya terbatas pada berjalan dan menikmati pemandangan. Dari persepsi tersebut, wisata bukit bisa jadi membosankan bagi sebagian orang sehingga mereka cenderung memilih urung untuk berkunjung. Oleh karena itu, menambah wahana wisata lainnya yang mendukung daya tarik utama penting dilakukan. Pada ketiga bukit tersebut dapat diperkaya dengan wahana, seperti, di dekat lokasi Kedai Kata Hati dihadirkan sebuah bianglala sehingga wisatawan dapat dibawa menikmati pemandangan malam di udara terbuka Kota Balikpapan dari posisi yang lebih tinggi, pada daerah sekitar Cafe Puncak dapat dibangun jembatan layang (skybridge) berlantai kaca yang mendekati laut agar panorama tepi laut Balikpapan bisa tampak semakin luas, dan untuk Askit dapat ditambahkan berbagai ornamen-ornamen khas daerah yang estetik demi mendukung keindahan foto serta secara tidak langsung dapat memperkenalkan Kota Balikpapan. Ketika tempat-tempat wisata ini bisa menunjukkan aktivitas menarik di dalamnya, persepsi akan kebosanan dapat dilunturkan dan minat berkunjung pun bisa meningkat.

Dalam hal amenity (fasilitas), wisata bukit yang berada di daerah perkotaan ini diuntungkan terkait pemenuhannya. Dijelaskan dalam Sulistyadi dkk (2019) amenity sendiri merupakan serangkaian fasilitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan akomodasi seperti penginapan, fasilitas kesehatan, dan transportasi, dan konsumsi seperti makan, minum, dan belanja wisatawan. Hal ini tentu dapat dipenuhi lebih mudah karena telah tersedia banyak di daerah perkotaan. Terlebih, terdapat wisata yang sudah memiliki tempat kuliner sendiri, yaitu di Kedai Kata Hati dan Cafe Puncak. Meskipun begitu, menjaga kebersihan fasilitas yang ada, menambah pembangunan fasilitas umum seperti toilet, lampu penerangan, tempat duduk, dan tempat teduh tetap diperlukan untuk menunjang kenyamanan wisatawan.

Terkait accessibility (akses) akan menjadi tantangan tersendiri bagi wisata di daerah perbukitan tersebut. Meski untuk masuk ke Kota Balikpapan sendiri aksesnya mudah berkat adanya bandara dan pelabuhan tetapi untuk menuju bukit-bukit wisata ini, wisatawan harus melewati jalan yang cukup menanjak serta berkelok dan juga melewati pemukiman warga sehingga perhatian lebih terhadap akses jalan amat dibutuhkan demi memberikan kelancaran bagi wisatawan. Selain perhatian pada ketersediaan jalan yang baik, plang petunjuk arah bilingual (bahasa Indonesia dan Inggris) perlu dihadirkan untuk kemudahan Wisnus maupun Wisman menemukan tempat tujuan. Ditambah dengan desain visual yang menarik, plang tersebut sebenarnya juga dapat memiliki fungsi tambahan yang penting, yaitu sebagai bentuk promosi tempat wisata.

Ketika sampai di tujuan, akses tempat parkir dan masuk mobil akan menjadi kendala karena kondisi wilayah yang sudah cukup padat oleh pemukiman warga. Dalam hal ini, transportasi umum maupun ojek online dapat menjadi andalan untuk diintegrasikan dengan tempat wisata. Tempat parkir sendiri mungkin hanya bisa tersedia di tempat yang agak jauh dari lokasi wisata bukit ini sehingga ketika itu terjadi, jalur khusus pejalan kaki perlu disediakan dengan baik. Salah satu upayanya adalah dengan menghadirkan hiasan menarik di titik-titik tertentu perjalanan sehingga wisatawan yang berjalan kaki ini bisa tetap menikmati perjalanan wisatanya. Meski tampak sedikit menyulitkan wisatawan, alternatif ini dinilai lebih ramah lingkungan dan dapat menciptakan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal Balikpapan yang jarang ditemui di era digital saat ini, sehingga keduanya dapat saling mengenal secara langsung dan bisa jadi akan memberikan pengalaman unik dan berkesan.

Di zaman yang serba digital, akses informasi seputar wisata juga mesti dikelola secara maksimal. Dalam website maupun media sosial yang dikelola pemerintah, seperti halnya pada Dinas Pariwisata Kaltim: https://dispar.kaltimprov.go.id/, dan Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan: https://disporapar.balikpapan.go.id/, tampaknya masih kurang memberikan informasi secara detail mengenai tempat-tempat tujuan wisata yang ada di Balikpapan. Bahkan, masih terdapat informasi-informasi yang kurang relevan bagi publik (wisatawan maupun masyarakat) seperti agenda rapat atau forum tertentu. Padahal, diungkapkan oleh Tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2021), digitalisasi pariwisata ini amat penting karena berbeda dengan aktivitas pariwisata dulu, wisatawan modern cenderung merencanakan perjalanannya dengan detail—pre-on-post journey—secara digital. Oleh karena itu, keterbukaan akses informasi seputar gambaran tempat wisata, fasilitas yang tersedia, transportasi, lokasi, biaya, kontak, jadwal, dan lain sebagainya perlu dipaparkan selengkap dan semenarik mungkin.

Poin terakhir, ancillary (kelembagaan), merupakan peran berbagai pihak dalam mendukung roda perekonomian daerah. Untuk memenuhi berbagai aspek di atas maupun aspek-aspek pendukung lainnya dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai macam lembaga. Dalam wisata bukit ini, beberapa lembaga pelayanan yang dibutuhkan seperti pengelola wahana wisata yang diharapkan dapat terus berinovasi mengembangkan wisata bukit, agen travel yang memiliki andil dalam mengoptimalkan jalan wisatawan untuk sampai ke tempat wisata, content creator dan influencer untuk memperluas informasi dan berbagi pengalaman terkait wisata, sampai dengan pengelola parkir dan seniman jalanan demi menghindari pungutan liar yang seringkali meresahkan. Dengan bantuan akses digital, promosi untuk dapat menggaet dan menyeleksi kolega-kolega ini semestinya menjadi lebih mudah. Penentuan ini penting dilakukan karena mirip seperti sebuah roda, semakin banyak dan semakin kokoh kolega yang tersedia maka semakin banyak pula orang-orang yang mampu dibawa masuk untuk menikmati keindahan wisata bukit di Balikpapan.

Pengembangan terhadap keempat hal tersebut (4A) dibutuhkan demi mendukung kepuasan wisatawan. Dalam konteks ekonomi, kepuasan adalah kunci utama untuk meraup pundi-pundi rupiah. Kepuasan itu akan hadir berkat kesesuaian antara ekspektasi dan kenyataan yang didapatkan. Orang yang puas biasanya rela mengeluarkan uang lebih banyak seperti ketika kebahagiaannya meningkat, mendapat pengalaman berharga, sampai dengan melihat orang yang dicintainya tampak senang. Ketika wisata di Kota Beriman ini mampu merengkuh keindahan dari sisi bukitnya—ditunjang dengan memaksimalkan pengembangan 4A, maka layaknya manusia yang merasakan secuil surga, wisatawan dapat dibuat rindu dan dengan senang hati datang kembali hingga turut mengajak kerabat dan sahabat mereka. Hal ini sangat penting agar keberlanjutan wisata dapat terus terjaga.

Seperti halnya pepatah yang seringkali kita dengar atau bahkan ucapkan: sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dibutuhkan proses yang tentu tidak mudah untuk memakmurkan sektor pariwisata dalam rangka menghadapi transisi menuju energi terbarukan dan IKN. Meskipun tampak kecil, Balikpapan harus terus melangkah dengan tetap percaya pada pemandangan indah yang akan hadir di puncak sana. Perbaikan secara bertahap mesti konsisten dilakukan mulai dari pengembangan sumber daya manusia sampai dengan tempat wisatanya hingga suatu hari nanti kita dapat lihat bersama, bahwa berkat hadirnya wisata-wisata ini akan hadir pula kebahagiaan bagi banyak orang, mulai dari para wisatawan yang terpuaskan, berbagai lembaga yang terlibat beserta orang-orang yang dapat bekerja di dalamnya, pedagang dan pengusaha yang berkembang karenanya, hingga kota yang semakin sejahtera perekonomiannya serta mampu berkontribusi dalam menghadapi transisi yang terjadi.

Di luar dari masalah ekonomi, bukit yang mendominasi Kota Balikpapan juga memiliki keterikatan dengan salah satu julukannya: Beriman. Dari berbagai macam kepercayaan, bukit cenderung menyimbolkan sebuah puncak pencerahan spiritual. Dalam momen penting sejarah Islam diketahui bahwa wahyu (petunjuk keimanan) pertama Nabi Muhammad SAW diturunkan saat ia berada di Gua Hira yang terletak di sebuah bukit bernama Jabal Nur. Di bukit tersebut, Rasulullah SAW diketahui sering melakukan uzlah (menyendiri) untuk merenung dan mempersiapkan diri menjadi nabi (Tim Badan Pengelola Keuangan Haji, 2024). Pada umat kristiani dikenal Bukit Zaitun sebagai tempat Yesus menunjukkan keteguhan dengan memohon bimbingan serta kekuatan dari Bapa Surgawi sebelum menghadap penyaliban (Tim Insight Tour, 2025).

Bukit telah menjadi tempat yang strategis untuk melihat kebesaran Tuhan sehingga hubungan antara bukit dan beriman ini dapat digunakan sebagai nilai tambah pada wisata yang menguatkan karakter Kota Balikpapan sebagai Kota Beriman.

Dengan memaksimalkan bukit bukit di Balikpapan sebagai tempat wisata, orang orang yang berkunjung untuk merengkuh panorama keindahan dari sisi bukit pun semakin meningkat. Layaknya seperti para nabi maupun hamba Tuhan yang tercerahkan ketika melihat dari sisi sebuah bukit, kita pun juga bisa merasakan betapa kecilnya diri kita dari sana sehingga dengan mata hati yang lebih terbuka, keangkuhan maupun kesombongan dapat terurai menjadi serpihan serpihan penyesalan, dan  dengan batin yang lebih cerah, kita bisa mengambil langkah yang lebih berkah, sehingga julukan Beriman diharapkan bisa terwujud dalam setiap elemen masyarakatnya, bahkan tertularkan pada wisatawannya–selaras dengan konsep madinatul iman yang dicitrakan; bukan sekadar akronim dari bersih, indah,, aman dan nyaman.

Penutup

Dalam menghadapi transisi menuju energi terbarukan dan IKN, Balikpapan dapat berkontribusi dengan memaksimalkan sektor pariwisatanya dengan memanfaatkan bukit yang mendominasi wilayahnya. Terdapat tiga bukit yang ditemukan memiliki potensi wisata untuk menampilkan keindahan panorama kota yaitu, Kedai Kata Hati, Cafe Puncak, dan Askit. Dengan melakukan pengembangan secara masif terkait Attraction, Amenity, Accessibilitu, dan Ancillary (4A), Balikpapan Kota Beriman dipercaya dapat bermetamorfosis melewati transisi tersebut menjadi kota pariwisata yang mampu menunjukkan sayap keindahannya pada dunia.***

Biodata Penulis

Penulis bernama lengkap Muhammad Royyan Fadhlullah. Lahir di Balikpapan pada 09 Oktober 1998. Lulusan Sarjana Farmasi Universitas Mulawarman ini memiliki ketertarikan meramu kata dan gambar sejak menjadi mahasiswa. Selain bekerja sebagai pedagang berbagai produk penunjang kesehatan, ia juga membuka layanan jasa pustaka Sewa Buku Balikpapan. Dengan nama pena Royyan Fadh, penulis telah melahirkan beberapa karyanya berupa cerpen dan review buku di Kaltim Post, serta sejumlah karya ilustrasi digitalnya yang ia posting di instagram: @royyan_fadh. CP: 089521591747

Pos terkait