Pendaki Halau Halau Semaput, Relawan Bantu Evakuasi, Begini Lika Likunya ke Puncak Meratus

Astaga! Satu dari tujuh pendaki Gunung Halau Halau, puncak tertinggi Meratus di Kalsel dilaporkan drop sejak Sabtu (30/9/2023). Korban sendiri sudah dievakuasi tim SAR gabungan, Minggu (1/10/2023) sore, dan masih dirawat di RSHD Barabai.

Jurnalis: JJD

Bacaan Lainnya

Kaltimku.id, BARABAI — Korban yang drop atau semaput itu bernama Ayu (25), pendaki asal Kota Banjarmasin. “Ayu dilaporkan drop oleh rekannya sesama pendaki, Misna, yang minta bantuan evakuasi kepada relawan,”  tulis terasbanua.co.id. seperti dikutip awak media ini.

Laporan Misna pun disertai  foto korban Ayu di atas tandu darurat.   Ditemani dua rekan pendaki lain yang “keuyuhan” di jalur Cawang antara Pos 3 dan Pos 4  jalur pendakian di wilayah Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten HST, Kalsel.

“Saat menuju ke Halau Halau di jalur pendakian Cawang ada yang drop. Belum lagi sampai ke puncak,”  ucap teman Ayu lainnya, Alya, secara terpisah, Minggu (1/10/2023) siang.

Alya menyebut, korban Ayu tidak sanggup lagi untuk balik. Dia dievakuasi oleh tiga temannya dengan tandu darurat. Lantas, tiga rekan lainnya  turun duluan ke Pos 1 (Tiranggang) meminta bantuan evakuasi.

“Sampai di Tiranggang (Pos 1), tak sanggup lagi meneruskan perjalanan ke Base Camp Kiyu, karena persediaan logistik sudah habis dan senter penerangan juga minim,” terangnya.

Puncak Halau Halau dan Balai Adat di Pos Tiranggang

Di Poa 1 Tiranggang itu pula, Alya menerima telepon dari rekannya di Cawang yang minta bantuan evakuasi. Mereka tak sanggup lagi meneruskan perjalanan. Menandu Ayu yang drop dan muntah muntah,  dan bahkan mereka pun ikut drop.

“Teman teman ikut drop karena persediaan logistik habis dan minim penerangan. Juga tak ada tenda, karena tendanya terbawa teman yang turun duluan ke Tiranggang,”  cerita Alya agak memelas.

Kesengsaraan tujuh pendaki — 4 perempuan, 3 laki laki —  itu cepat  direspon relawan. Tim resque gabungan langsung turun ke lapangan untuk membantu evakuasi para korban.

Tim SAR gabungan itu terdiri dari Vertical Rescue Indonesia (VRI}, Rescue Relawan Murakata (RRM), Trail Runners Meratus (TRM), Pokdarwis setempat, BPBD HST,  Puskesmas Tandilang, dan sejumlah relawan lainnya.

Hasilnya? Tim SAR gabungan sudah berhasil mengevakuasi para korban dengan selamat sampai ke Balai Adat di Dusun Kiyu. Para korban itu berasal dari Batu Mandi (Balangan) dan Banjarmasin seperi Yanur, Haris, Lida, Bunda Mimi, Misna, korban Ayu dan lainnya.

Korban Ayu sendiri, sudah dilarikan tim SAR dari titik sentral pendakian (Balai Kiyu), Desa Hinas Kiri, BAT, ke RSHD Barabai. Begitu pun korban lainnya yang  sempat diberi pertolongan di Balai Kiyu sudah sehat dan selamat.

“Satu korban yang sakit masih dirawat di IGD RSHD Barabai. Sedang  para korban lainnya selamat dan tetap sehat,”  ucap Bonang, anggota Puskodal OPS BPBD HST seperti dikutip ini dari pojokbanua.com, Senin (2/10/2023).

Seperti apa pendakian Gunung Halau Halau atau puncak Meratus dengan ketinggian 1.901 mdpl (meter di atas permukaan laut) itu?  Begini lika likunya seperti pengalaman Muhammad Mas Adi Yannor,  warga Barabai yang beberapa kali menaklukkan puncak Meratus.

“Pendakian puncak Meratus itu  perlu waktu dua hari satu malam dengan jalan kaki. Medannya sulit dan berat, sangat menantang, dan harus melewati empat buah pos baru sampai,” ujar Yannor, sapaan karibnya kepada awak media ini.

Pos  (1) dari Balai Adat Kiyu bernama Tiranggang. Pos (2) Sungai Karuh, Pos (3) Jumantir, dan Pos (4) Panyaungan. “Dari pos empat ke puncak Halau Halau melalui jalan setapak dan hanya ada akar dan batu batu besar,” cerita Yannor.

Awal pendakian dengan jalan kaki mulai Balai Kiyu. Dari Kiyu ke Tiranggang ditempuh 3-4 jam dengan jalan normal. Lantas dari Tiranggang —  Sungai Karuh 2-3 jam, Sungai Karuh — Jumantir  2-3 jam, dan Jumantir — Panyaungan ditembus 1 sampai 1,5 jam.

“Medan terberat dan paling ekstrem di Pos 3 Jumantir menuju Pos 4 Panyaungan. Di pos 3 ini banyak pendaki yang menyerah karena medannya memang sangat ekstrem,  terus menanjak tebing gunung batu  yang curam curam,”  ujar Yannor.

Yannor, satu dari sejumlah warga penikmat alam Meratus di Kota Barabai, bukan menakut nakuti pecinta alam lainnya yang coba ke Halau Halau. Tapi, ia cerita pengalaman ini sebagai sebuah gambaran saja betapa sulitnya medan yang dilalui.

Ooh, begitukah?  “Ya, kalau ingin menaklukkan puncak Meratus harus memiliki persiapan dan perhitungan yang benar benar siap. Siap fisik dan mental, siap logistik, siap peralatan segalanya agar tidak sengsara seperti mereka itu,” Yannor menutup ceritanya.***

Pos terkait