Kaltimku.id, BALIKPAPAN – Penolakan keras dilakukan sejumlah masyarakat, lantaran pihak PT Pertamina Refinery Unit V menutup akses jalan menuju Batu Butok dan warga yang melintas di kawasan tersebut dengan mengendarai sepeda motor wajib memakai helm.
Sejumlah masyarakat yang bermukim di Margo Mulyo, Balikpapan Barat (Balbar) melakukan protes keras terhadap penutupan Batu Butok.
Warga menilai apa yang dilakukan pihak Pertamina tidak sesuai dengan hasil kesepakatan dalam rapat yang telah dilakukan sebelumnya.
“Pertemuan hari ini tidak mencari siapa yang benar dan salah. Tapi semua mencari solusi atas permasalahan yang ada demi kebaikan bersama,” kata Ketua Komisi III Alwi Al Qadri yang hadir dalam mediasi antara pihak Pertamina dan warga di Aula Kelurahan Margo Mulyo, Rabu (30/12/2020).
Katiman, seorang tokoh masyarakat menyayangkan pihak Pertamina menutup akses jalan menuju Batu Butok yang sebelumnya merupakan akses warga untuk melintas ketika terjadinya banjir.
Kesepakatan awal, sebut Katiman hanya untuk menjalankan protokol kesehatan, mengingat kondisi pandemi covid-19 saat ini. Tapi kenyataannya komitmen itu berbeda dengan pembahasan di awal saat di Kelurahan.
Katiman juga mempertanyakan komitmen Pertamina dengan hasil rapat yang tidak ada kesepakatan aturan dimana warga melintas harus menggunakan helm.
Dalam kesepakatan warga yang masuk dalam Ring I kawasan perumahan milik Pertamina tersebut dapat melintas dengan menggunakan stiker yang diberikan ataupun dengan menggunakan Id Card yang diberikan pihak Security.
“Saya sudah berpuluh tahun tinggal di Margo Mulyo, sebelumnya tidak pernah ada penutupan jalan untuk melintasi komplek perumahan Pertamina, baru kali ini terjadi,” keluh Katiman dengan nada masygul.
Sebagai tokoh masyarakat Katiman sebisa mungkin berusaha untuk meredam emosi warga agar tidak anarkis.
“Saya tanya sama warga yang bermukim di perumahan Pertamina tersebut, saat mendiami rumah tersebut ada atau tidak untuk melapor ke pihak Kelurahan setempat, jangan nyelonong masuk, tanpa salam seperti itu.”
Sedangkan Ependi, pengurus Masjid Al Fatah merasa aneh dengan sikap yang diambil Pertamina, karena sejak ditutupnya akses jalan menuju masjid yang kebetulan berada dalam komplek tersebut menjadi kendala bagi Warga yang ingin melaksanakan shalat Jumat khususnya.
“Bagaimana warga mau salat di masjid, sampai di Pos penjagaan, warga yang ingin shalat Jumat dipaksa putar balik oleh pihak security karena tidak menggunakan helm,” ucapnya agak kesal.
Dampaknya jamaah masjid berkurang yang juga menjadikan penghasilan infaq di masjid juga berkurang.
Lurah Margo Mulyo Sigit Aji Dharma mengatakan, mediasi bersama warga dengan pihak Pertamina kali ini akhirnya menemui titik temu. Warga dan pihak Pertamina tetap mengacu pada perjanjian awal, dan untuk kebijakan menggunakan helm kembali kepada pribadi masyarakatnya sendiri.
Sigit Aji Dharma menuturkan, ada masukan yang disampaikan Kapolsek Balikpapan Barat Kompol Imam Tauhid terkait penggunaan helm yang memang menjadi kewajiban.
“Helm itu wajib. Jangan sampai terjadi sesuatu warga kemudian menuntut pihak Pertamina,” ucap Sigit.
Section Head Commrel Pertamina Kalimantan Ely Chandra membenarkan adanya kesepakatan bersama warga beberapa bulan lalu, tapi ketika menjelang Pilkada ada perubahan aturan dari Pertamina sendiri. Warga yang melintas dengan memakai kendaraan roda dua bukan hanya wajib menggunakan Protokol Kesehatan (Prokes), tapi wajib juga menggunakan helm.
“Perubahan aturan itulah yang menjadi protes warga, sehingga kami menunggu perintah selanjutnya dan akhirnya terjadi kesepakatan seperti di awal. Bagi warga yang tak memakai helm tak bisa menuntut pihak Pertamina jika terjadi sesuatu,” tegasnya.