Balikpapan, KALTIMKU.ID — PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) terus memperkuat kesiapan menuju fase operasi Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC), salah satu unit utama Proyek Strategis Nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan Lawe-Lawe. Sejumlah fasilitas pendukung kini berhasil melewati tahap uji coba (commissioning) dan awal pengoperasian (start-up), menandai kesiapan sistem utilitas kilang dalam mendukung transformasi energi nasional serta memperkuat pasokan BBM dan Non-BBM dalam negeri.
Unit utilitas yang telah berhasil melalui awal pengoperasian mencakup sistem pengolahan air laut (Sea Water Reverse Osmosis / SWRO), air payau (Brackish Water Reverse Osmosis / BWRO), fasilitas pendingin air (Cooling Tower), serta penghasil udara (Instrument Air dan Plant Air). Seluruh fasilitas ini berperan penting dalam memastikan pasokan air dan udara bertekanan untuk mendukung proses produksi dan pengendalian peralatan kilang.
Vice President (VP) Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman, menyampaikan bahwa keberhasilan pengoperasian fasilitas ini menjadi tonggak penting menuju kesiapan operasi kilang modern Pertamina. “Melalui fasilitas ini, kami memastikan suplai air dan udara berjalan stabil agar seluruh proses kilang beroperasi secara efisien dan aman. Pencapaian ini menunjukkan kesiapan sistem pendukung sebelum memasuki tahap start-up unit utama RFCC,” terang Asep, Senin (27/10/2025).
Fasilitas Sea Water Intake (SWI) dengan tiga unit pompa berkapasitas total 22.500 meter kubik per jam (m³/jam) mengalirkan air laut ke lima unit SWRO berkapasitas 4.115 m³/jam, yang berfungsi mengubah air laut menjadi air tawar melalui proses penyaringan berbasis membran.
Selain itu, fasilitas BWRO berkapasitas 3.500 m³/jam berfungsi untuk mengubah air payau menjadi air tawar. Kedua fasilitas ini menghasilkan air proses berkualitas tinggi yang digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional kilang, termasuk sistem pendinginan dan bahan baku ketel uap (boiler).
Teknologi Reverse Osmosis (RO) bekerja dengan menyaring molekul air melalui membran berpori sangat halus sehingga mampu memisahkan garam, logam berat, dan partikel halus lainnya. Dengan sistem ini, RDMP Balikpapan menjadi kilang modern di Indonesia dengan kapasitas pengolahan air terbesar yang mampu memenuhi kebutuhan air proses dan sistem pendukung produksi secara mandiri.
Untuk menjaga kestabilan suhu proses, proyek ini juga dilengkapi dua fasilitas pendingin air (Cooling Tower) dengan tujuh sel berkapasitas total 29.999 m³/jam, dan sepuluh sel berkapasitas 47.800 m³/jam. Air yang telah didinginkan akan disirkulasikan kembali ke berbagai unit proses seperti alat penukar panas dan kompresor guna menjaga efisiensi energi.
Selain fasilitas pengolah air tersebut, terdapat fasilitas penghasil udara yaitu Instrument Air dan Plant Air yang berperan vital dalam menggerakkan berbagai peralatan otomatis, seperti katup dan sistem kontrol di seluruh area kilang, untuk memastikan setiap proses berlangsung presisi dan aman.
Seluruh sistem operasi fasilitas utilitas ini dikendalikan secara terintegrasi dengan Utilities Control Room (UCR) sebagai pusat kendali untuk memantau dan mengontrol kinerja fasilitas pendukung kilang secara real time.
“Beroperasinya sistem utilitas ini menjadi fase penting dalam perjalanan proyek menuju operasi. Kami memastikan seluruh sistem terintegrasi dengan baik dan siap mendukung tahapan commissioning dan start-up berikutnya,” tambah Asep.
Keberhasilan PT KPB dalam mengintegrasikan sistem utilitas ini semakin memantapkan kesiapan RDMP Balikpapan untuk beroperasi secara optimal dan andal. Capaian ini juga menjadi langkah strategis Pertamina dalam memperkuat ketahanan energi nasional melalui modernisasi kilang berkelanjutan.***







