Kaltimku.id, BANJARMASIN – Semua orang mungkin tak ada yang tidak suka waluh atau labu kuning. Kenapa? Waluh atau bahasa Latin nya “cucurbita moschata” ini merupakan jenis makanan yang empuk, enak dan lezat.
Buahnya yang kuning keemasan itu tak hanya bisa diolah beragam penganan. Berbagai jenis kue basah seperti misalnya kolak waluh, susumapan waluh, termasuk pais atau pepesan waluh yang enak.
Buah labu kuning juga bisa dibuat sayuran, termasuk daun, kembang dan pucuknya. Biasanya waluh enak disayur santan dengan campuran umbut kelapa atau rebung bambu dengan lauk ikan gabus (haruan) panggang.
Nah, menu sayuran ini termasuk hidangan favorit masyarakat Banjar saat acara hajatan kawinan, aqikah, tahlilan dan lainnya. Belum lagi warung warung makan yang selalu ada sayur bening waluh dengan grambas, bayam, dan jagung pipilan.
Tapi, tahukah Anda bagaimana cara menanam tanaman merambat asal benua Amerika ini biar jadi buah. Berbuah lebat atau “berundun”. Sebab, ada anggapan di masyarakat adat Banjar kalau menanam labu itu ada rahasia tersendiri.
“Menanam waluh ada rahasianya. Bukan sembarang tanam saja, tapi ada rahasia (sasarah) biar berbuah lebat, ” cerita Abdul Muis, salah satu pensiunan TNI AD di Desa Bamban Utara, Kecamatan Angkinang, HSS, Kalimantan Selatan (Banjarmasin).
Muis menyebut, kalau menanam labu sembarangan atau asal tanam saja, jangan terlalu berharap bisa ‘likit’ jadi buah. Sebab, ketika muncul tunas buah sebesar genggam, maka ia akan gugur atau “lapah” sendirinya.
“Aku sudah beberapa kali mencoba, eeh begitu tunas buahnya mulai besar sebesar genggam sudah lapah (gugur) sendiri. Nah, ketika aku tanyakan kepada para pekebun waluh, ternyata ada rahasianya pang, ” timpal Muis yang dibenarkan Arifin.
Arifin yang kebetulan berkebun waluh di lahan pematangannya tidak menampik. “Benar, menanam waluh itu memang ada “sasarahnya” atau rahasianya,” kata Arifin.
Apa sih rahasianya? Arifin dan Muis tersenyum. Keduanya menyebut, cara menanam waluh agar jadi buah atau tidak “lapah” ialah tangan sebelah harus memegang kemaluan sendiri, dan tangan sebelahnya lagi memasukkan biji atau bibit waluh ke lubang-lubang yang disiapkan.
“Itu rahasianya kalau kita mau berkebun waluh. Soal tumbuh dan berbuah lebat itu memang urusan Allah yang menentukan. Tapi, “sasarahnya” ya itu tadi, tangan sebelah harus “mehandung” yang serundunan itu pang,” ucap Muis sambil ngakak.
Benarkah begitu? Wallahu’alam! Tapi, Muis dan Arifin membenarkan, hampir semua warga Banjar yang suka berkebun waluh sudah mengetahui rahasia ini.
Di daerah Kalsel, biasanya warga yang berkebun waluh di daerah berawa-rawa. Mereka berkebun waluh dan palawija lain seperti jagung, semangka dan ubi rambat saat musim panas atau musim kemarau. Sebutlah misalnya di daerah kecamatan Daha Selatan, Daha Utara atau Daha Barat, Kabupaten HSS, Kalsel.
Daerah-daerah yang disebutkan di atas termasuk pemasok labu terbesar ke seluruh wilayah Kalsel, selain semangka dan ubi rambat yang juga disebut sebagai ‘Gumbili Nagara’.
Mungkinkah sukses mereka itu berkebun waluh dengan menerapkan rahasia yang disebut-sebut Arifin dan Muis. Percaya atau tidak, terserah saja. Silakan Anda coba!
Penulis: JJD