Kaltimku.id, PPU – Covid-19 masih menjadi fokus bencana non alam yang dialami seluruh daerah di Indonesia hingga Dunia. Bagaimana tidak, puluhan ribu warga Indonesia meninggal akibat terinfeksi virus yang pertama kali muncul di Provinsi Wuhan China tersebut.
Tidak hanya pemerintah, tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam menangani pasien Covid, kewalahan. Tidak sedikit tenaga medis menjadi korban akibat terpapar saat menangani pasien positif. Selain menyerang kesehatan, virus corona juga menggerogoti ekonomi secara global.
Meski masih menjadi permasalah utama yang harus ditangani pemerintah pusat maupun daerah, secara tidak langsung keberadaan Covid ‘meredakan’ bencana alam. Musibah banjir hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) minim di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur sejak 2020.
“Mungkin juga karena Allah SWT maha pengasih dan penyayang. Di saat kita disibukan mengurus Covid yang peningkatannya cukup tinggi, bencana alam seperti banjir dan karhutla sangat minim. Sejak tahun 2020 hingga saat ini frekuensi bencana alam kita tercatat lebih sedikit dari sebelumnya,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU, Nurlaila, Kamis (8/7/2021).
Bencana karhutla hampir selalu terjadi setiap tahun di wilayah PPU. Kondisi panas dan sebagian wilayah tumbuhan gambut menjadi faktor utama. Bahkan, proses penanganan karhutla berjalan hingga berhari-hari.
Sedangkan untuk masalah banjir, Nurlaila menyebut lebih banyak dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Biasanya, genangan air akan cepat surut seiring pasang surut air laut.
“Kalau karhutla itu masalah kecil bisa langsung membesar kalau tidak segera ditangani. Sedangkan banjir itu akan pengaruhnya dengan pasang surut air laut, kecuali di pengaruhi sedimentasi sungai itu harus normalisasi, tapi itu gak signifikan dan bisa diatasi melalui dinas PU,” ungkapnya.
Kecamatan Penajam menjadi wilayah dengan potensi karhutla tertinggi dari empat kecamatan. Sejumlah wilayah seperti desa Giripurwa memiliki areal gambut ratusan hektar. Kasus kebakaran besar lahan gambut di Giripurwa terjadi pada 2018 dan 2019. Sedangkan bencana banjir relatif sedikit dan cukup tertangani.*(adv)