Kaltimku.id, PPU – Tiga komoditi pangan disebut mempengaruhi inflasi di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), yakni cabai, ayam potong dan ikan layang. Distribusi ketiga komoditi pangan jadi pemicu kenaikan inflasi. Angka inflasi PPU sendiri mengacu dari tingkat inflasi yang ada di Kota Balikpapan.
Hal itu diungkapkan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Kabupaten PPU, Ahmad Usman, usai menggelar high level meeting atau rapat tingkat tinggi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TIPD) bersama Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Balikpapan, di kantor Setkab PPU, Rabu (14/4/2021).
Menurut Usman, minimnya pasokan menjadi penyebab harga cabai di wilayah PPU melambung tinggi. Bahkan, satu kilogram cabai rawit harganya naik hingga setara daging sapi atau Rp 130.000.
“Daerah kita ini masih bergantung pasokan cabai dari pulau Jawa. Jadi ketika pasokannya berkurang maka harga disini akan naik drastis,” jelasnya.
Untuk komoditi ayam potong jadi penyumbang inflasi, disebabkan oleh rantai distribusi. Dimana meski produksinya berada di wilayah PPU, namun harga jualnya ditetapkan berdasarkan harga jual di Kota Balikpapan. Hal itu dikarenakan pemilik dan proses pemotongan dilakukan di kota minyak.
Sedangkan ikan layang dipengaruhi akibat kondisi cuaca. Hasil tangkapan ikan layang tidak sebanding dengan kebutuhan di pasaran. Nelayan jarang melaut karena cuaca ektrim yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir.
“Upaya yang kita lakukan adalah menginstruksikan kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) minimal menanam satu jenis komoditi. Langkah selanjutnya yakni menyosialisasikan kepada masyarakat agar menanam cabai di rumah,” terang Usman.
Program Pangan Lestari sebagai upaya masyarakat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Sehingga dapat menstabilkan harga sembako sampai menekan angka inflasi. Pangan Lestari sebagai program berkelanjutan dengan meningkatkan kesadaran pemenuhan sejumlah komoditi pangan di tingkat warga.
“Kalau kita tidak menyetok sendiri otomatis harganya akan fluktuatif dan bisa memicu inflasi,” pungkas Usman.*
Editor: Herry T BS