Kaltimku.id, KANDANGAN — Sebagian warga Kalimantan Selatan (Kalsel) di kawasan pegunungan Meratus atau yang lalu lalang melintas ruas jalan nasional Kandangan — Batulicin masih menghadapi kesulitan komunikasi melalui jaringan telepon seluler.
Masyarakat masih termarginalkan “blank spot area” atau tidak adanya sinyal jaringan telekomunikasi di sejumlah titik tertentu. Padahal, arus lalu lintas mobil dan motor di ruas jalan raya dalam kawasan hutan dan pegunungan itu sudah ramai.
“Susah pak, di sini belum ada sinyal. Kita tidak bisa komunikasi lewat jaringan telepon seluler apalagi mau internetan,” aku Syarifuddin, Burhanuddin, dan Ahmad Rifani hampir bersamaan, Sabtu lalu, di Pasar Emil, Dusun Emil Baru, Desa Paramasan Bawah, Kecamatan Paramasan, Kabupaten Banjar, Kalsel.
Pasar Emil — sekira 80 km dari Kota Kandangan (HSS) — merupakan titik perbatasan Kabupaten Banjar dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Pasar tradisional ini cukup ramai. Banyak didatangi para pedagang bermobil dan motor dari beberapa kota dan desa-desa sekitar yang relatif berjauhan, 5 – 10 – 15 km atau lebih.
Namun, di seputar Pasar Emil yang sudah dikelilingi rumah warga, tempat ibadah dan sekolah SD itu tidak ada satu pun menara BTS (Base Transceiver Station) yang dibangun provider. Lantaran itu warga tak bisa menggunakan peralatan komunikasi informasi dan teknologi seperti HP android yang lagi ngetrend sekarang.
Syarifuddin yang Guru SD di Pasar Emil, Burhanuddin yang Kades Emil Lama (Tanah Bumbu), dan Ahmad Rifani yang tinggal di Paramasan itu memang sama-sama punya HP android. Tapi, ketiganya hanya bisa merekam audio atau memoto (memotret) momen terbaik saja, tanpa bisa mengirim langsung ke sesama teman atau keluarga lantaran jaringan blank spot.
Kondisi itu pun dialami awak media ini dan teman-teman yang kebetulan ke Emil Baru. “Sulit kita berkomunikasi di sini karena tidak ada sinyal jaringan,” celetuk Mohamad Aini, Ismail dan teman lainnya dari Desa Bamban Utara, Kandangan.
Blank spot atau hilangnya sinyal jaringan di Emil Baru hanya bagian dari sejumlah titik blank spot sepanjang ruas jalan itu. Blank spot terpantau mulai dari Desa Malinau di Kecamatan Loksado (HSS), terus Desa Batung dan Belawaian, Kecamatan Piyani (Tapin), desa-desa seputar Kecamatan Paramasan sampai wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
“Di ibukota Kecamatan Paramasan memang ada satu menara BTS milik salah satu operator. Tapi, sinyalnya sering lelet, kecuali tengah malam baru sinyalnya agak bagus,” kata Muchran dan Kayi Ijay, warga Bamban Utara lainnya.
Di bagian lain, sejumlah anggota Tim Batas Wilayah Pemkab HSS yang belakangan ini menyusuri ruas Kandangan — Batulicin, juga merasakan blank spot. Terutama di wilayah Tanah Bumbu. Ada daerah rawan longsor di pegunungan dan kawasan hutan yang sangat jauh dari permukiman penduduk.
“Saya tak bisa bayangkan, kalau misalkan di sana ada kecelakaan mobil jatuh ke jurang, bagaimana mungkin kita bisa cepat memberi informasi dan minta pertolongan karena jaringan telekomunikasi memang tidak ada,” cerita salah satu anggota Tim Batas Wilayah Pemkab HSS itu.
Sejauh ini belum diketahui kenapa para provider belum membangun menara-menara BTS di sana? Padahal, pemerintah melalui Kementerian Kominfo gencar menyuarakan terus akan bangun infrastruktur jaringan sampai ke berbagai pelosok desa dan daerah terpencil seperti di kawasan pegunungan Meratus itu.*
(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)