Kaltimku.id, BALIKPAPAN – Sejak dibangunnya Balikpapan Islamic Centre (BIC) yang di dalamnya berdiri bangunan Masjid Madinatul Iman (MMI) sekitar 4 tahun lalu, jadi perhatian masyarakat. Tidak hanya mereka yang akan beribadah, tapi juga dijadikan area olah raga tradisional oleh warga sekitar.
Alasan sejumlah warga, karena, lahan sekaligus infrastruktur jalan pendukungnya cukup luas, nyaman dan bebas polusi. Pasalnya, masih banyak pepohonan besar dan rimbun hampir di sekeliling masjid yang disebut-sebut mampu menampung kurang lebih 15 ribu jamaah itu.
Karena itu, warga yang berdomisili sekitar kawasan BIC, seperti perumahan PGRI, perumahan Bukit Permata Asri, perumahan RSS (eks kebakaran Klandasan) dan sekitarnya berolahraga di seputaran area BIC, Balikpapan Selatan, Kalimantan Timur (Kaltim) tersebut.
Usai Shalat Subuh, di jalan yang mengelilingi MMI berlantai 3 itu, puluhan warga baik pria/wanita tua, muda maupun anak-anak jogging/jalan santai dan ada pula yang berlari-lari kecil, bersepeda, bahkan ada juga yang membawa balita sambil mendorong kereta dan kegiatan olah raga lainnya. Sekitar pukul 10.00 keatas, sebagian dari mereka pulang.
Sore atau sehabis Shalat Ashar, mulai lagi warga berdatangan dengan melakukan kegiatan lainnya, seperti jogging sendirian maupun berkelompok, berlari kecil, bermain layang-layang, serta ada anak-anak dan remaja latihan sepatu roda secara berkelompok, juga bersepeda dan lainnya.
Situasi BIC semakin sore makin ramai, karena tidak saja dijadikan area olah raga tradisional, tapi ada beberapa warga yang membuka lapak di atas trotoar, berjualan minuman air mineral, kopi dan lainnya, termasuk menjajakan layang-layang.
“Di sini enak buat olah raga, tempatnya luas, polusinya kurang,” ujar seorang Ibu yang dibenarkan Ema-ema lainnya, ketika bersama-sama berjalan santai sambil bercerita semaunya.
Di lokasi terpisah, beberapa remaja putra terlihat sibuk menarik benang, karena layang-layangnya “limbung” alias putus setelah bergesekan dengan pemain layang-layang lainnya. “Putus, Om,” sahutnya sambil melempar senyum kecil ketika menggulung benang.
“Hampir setiap sore, Om,” jawab teman disebelahnya ketika ditanya kapan saja datang dan bermain layang-layang di halaman BIC. Tidak hanya sejumlah remaja putra memainkan layangan, tapi juga ada beberapa orang dewasa melakukan hal serupa.
Menjelang Magribh, “pemain” olah raga tradisional itu berangsur-angsur meninggalkan area BIC, termasuk pedagang-pedagang dadakan dan lainnya. “Ayooo pulangan yo, sudah mau magribh!,” teriak remaja putra agak kencang sembari mengemasi barang bawaannya.
Kawasan BIC agaknya jadi ajang hiburan alternatif sekaligus sebagai lokasi wisata lokal bagi warga sekitar.*