Samarinda, Kaltimku.id — Upaya menjaga eksistensi budaya daerah di tengah arus modernisasi dinilai tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan lama. Perubahan teknologi dan pola konsumsi masyarakat menuntut strategi baru agar warisan budaya tetap hidup dan relevan, terutama bagi generasi muda.
Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Sarkowi V. Zahry, menilai digitalisasi menjadi salah satu kunci utama dalam mempertahankan keberlanjutan seni budaya lokal, termasuk lagu-lagu tradisional yang selama ini mulai jarang terdengar di ruang publik.
“Pelestarian budaya saat ini tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional semata,” ucapnya di Samarinda, beberapa waktu lalu.
Menurut Sarkowi, platform digital saat ini telah menjadi ruang utama masyarakat dalam mengakses hiburan dan informasi. Jika seni tradisi tidak hadir di ruang tersebut, maka lambat laun akan tertinggal dan kehilangan audiensnya. Digitalisasi justru membuka peluang agar karya budaya daerah bisa menjangkau pendengar lintas usia dan wilayah.
Ia menambahkan, arah kebijakan sebenarnya telah tersedia melalui Peraturan Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan. Regulasi tersebut tidak hanya berbicara soal menjaga nilai budaya, tetapi juga mendorong agar seni dan budaya dapat berkembang sebagai sektor produktif yang memiliki nilai tambah ekonomi.
“Jika sektor ini mampu menghasilkan, maka persoalan pendanaan yang selama ini kerap dihadapi pekerja seni dapat diminimalisasi,” tambahnya.
Meski demikian, Sarkowi mengingatkan bahwa digitalisasi budaya bukan pekerjaan satu institusi semata. Keberhasilannya sangat bergantung pada keterlibatan banyak pihak, mulai dari pelaku seni, komunitas budaya, lembaga teknis, hingga masyarakat luas. Pemerintah daerah, kata dia, memiliki peran strategis sebagai fasilitator dan penguat ekosistem.
Ia juga menyoroti pentingnya perencanaan yang matang dalam mendorong digitalisasi budaya. Setiap program harus memiliki konsep yang jelas, sasaran yang terukur, serta hasil yang bisa dievaluasi, sehingga anggaran yang digunakan benar-benar berdampak.
Tak kalah penting, Sarkowi menekankan perlunya konsistensi antara regulasi dan pelaksanaan di lapangan. Ia menilai masih ada kecenderungan program baru berjalan ketika muncul alokasi anggaran tambahan, bukan karena kesadaran terhadap mandat perda.
“Konsistensi antara perencanaan dan implementasi menjadi kunci agar digitalisasi budaya di Kalimantan Timur dapat berjalan efektif dan berkelanjutan,” pungkas Sarkowi. (Adv/DprdKaltim)






