Samarinda – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, mengingatkan bahwa penanganan stunting tidak dapat dilakukan secara parsial dan hanya dibebankan pada satu sektor. Menurutnya, upaya menciptakan generasi Kalimantan Timur yang sehat dan cerdas membutuhkan keterlibatan lintas sektor yang berjalan secara sinergis.
Selain persoalan asupan gizi, Ananda menyoroti sejumlah faktor lain yang kerap menjadi pemicu stunting, seperti kesehatan remaja putri, kondisi ibu hamil, serta kualitas sanitasi lingkungan. Ia menilai aspek sanitasi, khususnya ketersediaan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang layak di rumah tangga, masih menjadi pekerjaan rumah besar di sejumlah wilayah.
“Sanitasi itu bagian penting. Kalau lingkungan tidak sehat, upaya perbaikan gizi juga tidak akan optimal,” tegasnya.
Ananda menilai posyandu dan puskesmas harus diperkuat tidak hanya dari sisi pelayanan kesehatan, tetapi juga sebagai pusat edukasi masyarakat terkait pola hidup bersih dan sehat. Dengan pendekatan tersebut, pencegahan stunting dapat dilakukan secara lebih menyeluruh, mulai dari remaja, ibu hamil, hingga anak usia dini.
Ia menegaskan bahwa penanganan stunting merupakan tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya Dinas Kesehatan. Sektor pendidikan, perumahan, sanitasi, hingga pemberdayaan masyarakat harus terlibat aktif agar program berjalan efektif dan berkelanjutan.
“Ini tugas bersama. Semua sektor harus berjalan seiring, bukan hanya Dinas Kesehatan,” kata Ananda.
DPRD Kaltim, lanjutnya, akan terus mendorong penguatan kebijakan dan penganggaran yang berpihak pada peningkatan kualitas layanan kesehatan dasar. Dengan sinergi yang kuat antarinstansi dan dukungan masyarakat, Ananda optimistis target penurunan stunting di Kalimantan Timur dapat dicapai secara berkelanjutan.*






