Dua Wilayah di Pehuluan Kalsel Dikepung Hotspot, Daha Selatan HSS Terluas, BAS HST Masih Bebas

Waspada! Dua wilayah di Pehuluan Kalsel, HSS dan HST,  mulai dikepung titik api  (hotspot). Ini akibat warga ramai ramai membuka usaha pertanian dan perkebunan dengan cara membakar hutan dan lahan.

Jurnalis: JJD

Bacaan Lainnya

Kaltimku.id, KANDANGAN — Imbas pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) itu membuat  kabut asap mulai menyelimuti dua kabupaten bertetangga ini. Sinar matahari pun terpantau tak lagi bersinar cerah sehari penuh, kecuali terhalang kabut asap  yang menutupi awan biru.

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Hulu Sungai Selatan (HSS) sendiri, Kusairi tidak menampik adanya titik titik api yang tersebar di wilayah HSS. Sebaran hotspot itu terjadi sejak awal hingga akhir Agustus 2023.

“Update terkini per 30 Agustus 2023, ada 3.306 titik hotspot di HSS. Jumlah itu tersebar di 11  kecamatan dengan areal yang terbakar seluas 41,803 hektare (ha),” ucap Kusairi kepada awak media ini, Kamis (31/8/2023).

Kusairi lantas merinci sebaran titik api di sebelas wilayah kecamatan  itu. Antara lain di Kecamatan Daha Selatan disebut sebagai wilayah terbanyak dan terluas titik hotspot, selain di wilayah tetangganya  Daha Barat dan Daha Utara.

“Di Daha Selatan ada 1.309 titik hotspot dan lahan yang terbakar seluas 17,5 ha. Sedang di Daha Barat 580 titik (9,2 ha) dan Daha Utara 440 titik (4,3 ha),” urainya seraya merinci wilayah lainnya seperti Kalumpang103 titik (4,4 ha), Simpur 194 titik (4 ha), Kandangan 164 titik (1,5 ha), Angkinang 16 titik (0,203 ha) dan   lahan terbakar lainnya di  bawah satu hektar.

Bagaimana dengan di wilayah HST (Hulu Sungai Tengah)? Kalak BPBD HST sendiri, H Budi Haryanto ketika dihubungi terpisah juga membenarkan titik hotspot terjadi di wilayah HST sejak awal hingga akhir Agustus 2023.

Budi Haryanto menyebut, saat ini di HST terdapat 332 hotspot dan lahan yang terbakar seluas 22,78 ha.  “Hotspot  di HST tersebar di 10 kecamatan, kecuali wilayah Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS), yang masih bebas dari titik api,” ucap Budi Haryanto.

Rincian sebaran dan luasan hotspot di HST, yakni Kecamatan LAS (Labuan Amas Selatan) 79 titik (11,03 ha), LAU (Labuan Amas Utara), 59 titik (3 ha), Pandawan 47 titik (0,5 ha),  BAU (Batang Alai Utara) 13 titik (4 ha),  Hantakan 52 titik (3 ha), Barabai 3 titik (1,25 ha),  BAT (Batang Alai Timur) 55 titik tanpa disebut luasannya,  Limpasu 1 titik dan Haruyan 23 titik.

Mencermati data ini, wilayah LAS dan LAU di HST merupakan yang terbanyak dan terluas sebaran hotspot. Kondisi tak beda dengan di Kecamatan Daha Selatan, HSS, yang wilayahnya memang berbatasan.

Kenapa Daha Selatan merupakan daerah terluas Karhutla di HSS? Kusairi tak menyebut alasannya. Tapi,  Daha Selatan, Daha Barat dan Daha Utara yang dikenal dengan sebutan Nagara itu termasuk kawasan perairan danau dan berawa rawa.

Warga di daerah Nagara — HSS dan sekitar itu dikenal sebagai perajin pandai besi seperti membuat  parang, pisau, cangkul dll. Tapi, saat musim kemarau, sebagian warga ramai berkebun waluh, semangka, jagung dan lainnya dengan cara tradisional membakar hutan dan lahan.

Sejauh ini belum ada dampak Karhutla yang muncul di HSS dan HST.  Misalnya,  belum ada kasus Karhutla yang sampai menjalar ke perkampungan warga, kecuali munculnya kabut asap yang mulai terasa memedihkan mata.

Apakah ada upaya BPBD HSS menyikapi tingginya hotspot ini? “Upaya yang kita lakukan terus berkoordinasi dengan Satgas Karhutla Kecamatan dan Desa untuk penanganan titik api,”  pungkas Kusairi kepada awak media ini.***

Pos terkait