Kaltimku.id, BALIKPAPAN – Gunungan sampah tidak saja menimbulkan bau yang sangat menyengat penciuman dan menjadi persoalan di seluruh kota di Indonesia, termasuk juga di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim). Setiap hari sekitar 420 ton sampah memenuhi area 39 hektare di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) yang berlokasi di Jalan Proklamasi, Manggar, Balikpapan Timur, Kota Balikpapan. Namun setelah terjalinnya kerja sama antara PLN dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan, sampah bukan masalah lagi, tetapi jadi berkah bagi banyak pihak.
”Iya, sejak terjalinnya kerja sama dengan pihak PLN, TPAS Manggar jadi wadah ekspansi bahan bakar jumputan padat [BBJP] atau pellet dengan mengolah sampah jadi bahan bakar pengganti batu bara di pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU,” jelas Kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) TPAS Manggar, Mochamad Haryanto saat disambangi di ruang kerjanya, Jumat, 15 Desember 2023.
Pengelolaan sampah menjadi BBJP untuk co–firing atau cacahan kayu di TPAS Manggar menjadi energi dan itu memang dianjurkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Terlebih sampah organik, terutama sisa makanan dapat menghasilkan gas metana lebih banyak. Sejak 2012 silam, pemrosesan akhir dari sampah di Kota Balikpapan ini mulai mengonversi sampah jadi energi yang diambil dari air lindi, dimana dari cairan inilah gas metana ditangkap dengan bantuan leachate treatment plant atau instalasi pengolahan air lindi.
Perkembangannya, gas metana dari TPAS Manggar ini sudah bisa dinikmati oleh sekitar 350 rumah tangga yang tak memerlukan lagi gas elpiji di tabung hijau ukuran 3 kilogram, setelah pihak Pertamina Hulu Mahakam (PHM) memberikan bantuan jaringan pipa gas metana tersebut. Menurut Mochamad Haryanto, warga yang sudah menikmati aliran gas metana untuk memasak di rumah mereka masing-masing, hanya mengeluarkan iuran 10.000 ribu per bulannya yang dibayarkan kepada pihak UMKM yang menanganinya.
Sebagai pilot project pertama di luar Pulau Jawa, BBJP TPAS Manggar ini dapat mengolah 20 sampai 50 ton sampah dan sehari bisa hasilkan puluhan hingga ratusan kilogram pellet dan wood chip sebagai bahan bakar alternatif PLTU Teluk Balikpapan. Kerja sama ini merupakan bagian dari program co-firing yang digagas PLN, dan dilaksanakan sejak 2021 lalu. Meski awalnya pihak PLN kesulitan untuk mendapatkan alternatif biomassa untuk co-firing yang sesuai spesifikasi, dan kalau pun ada, harganya relatif mahal.
Namun masalah tersebut terpecahkan, sejak terjalinnya kerja sama dengan pihak DLH Kota Balikpapan, beberapa tahun terkahir ini. Kerja sama dengan memanfaatkan sampah di TPAS Manggar sebagai BBJP dan Wood chip. Bahan bakar alternatif inilah yang menjadi bahan bakar co-firing di PLTU Teluk Balikpapan. PLTU Teluk Balikpapan berharap jalinan kerja sama tersebut berlangsung terus demi menghasilkan energi yang ramah lingkungan.
PLTU Teluk Balikpapan juga berharap lahan tidur di kota yang saat ini dipimpin Wali Kota Rahmad Mas’ud dapat dimanfaatkan untuk menyuplai bahan bakar melalui program pohon energi melalui kerja sama dengan masyarakat, dimana PLTU Teluk Balikpapan memberikan bibit pohonnya, masyarakat yang menanam dan kemudian PLN yang membeli hasil tanaman masyarakat tersebut. Tujuannya jelas, masyarakat mendapatkan penghasilan dari tanaman pohon energi dan PLN mendapatkan bahan baku untuk dikelola menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
PLTU Teluk Balikpapan yang menerapkan teknologi substitusi batu bara dengan co-firing sebagai bahan bakar setelah sebelumnya mengandalkan sepenuhnya batu bara yang memang berlimpah di bumi Kalimantan. Penerapan ini sejalan dengan misi pemerintah mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 dan menyajikan layanan listrik yang lebih bersih.
Abdul Salam Nganro, General Manager PT PLN UIP3B (Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban) Kalimantan mengungkapkan, penerapan co-firing dalam sirkulasi PLTU menjadi bagian dari program transformasi yang dicanangkan PLN. Seperti, program green, yakni menciptakan energi baru terbarukan atau EBT yang bersih dan ramah lingkungan. Ya, PLN tidak sedang bermimpi untuk menghadirkan listrik yang lebih bersih dan ramah lingkungan.***
Jurnalis: Herry Trunajaya