Kaltimku.id, BALIKPAPAN — Setiap hari kita semua menghasilkan sampah. Kini sampah telah menjadi masalah besar bagi kota-kota besar di Indonesia. Tumpukan sampah yang menggunung, bau menyengat, serta sampah yang mengotori dan mencemari lingkungan merupakan masalah yang membuat pusing semua orang.
Di banyak negara terutama di negara-negara maju, upaya yang dilakukan salah satunya adalah dengan menghadirkan pembangkit listrik tenaga sampah untuk mengolah sampah menjadi energi listrik melalui pellet sampah.
Tidak ketinggalan untuk Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), dimana sampah yang dikelola oleh TPAS (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah) Manggar, Balikpapan Timur selama ini telah diolah menjadi biogasmethan dan hingga saat ini warga masyarakat sekitar menikmatinya untuk proses memasak.
Dijelaskan, Mochamad Haryanto, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) TPA Sampah Manggar Balikpapan, Jumat (15/12/2022), bahwa biogas methan yang sudah berjalan hampir beberapa tahun terakhir terus berkembang hingga kurang lebih 350-an warga masyarakat di sekitar TPA Manggar dapat memanfaatkannya.
“Saat ini sudah sekitar 350 warga sekitar area yang telah menikmati aliran gas methan dari tempat pengelolaan sampah, dimana mereka bergabung dalam wadah kelompok kerja warga dan tiap bulan iuran senilai 10 ribu rupiah,” terang Mochammad Haryanto.
Apa tantangan TPA Manggar dalam pemrosesan dan pengurangan sampah tahun ini?
Secara umum ada tiga tantangan, yang pertama adalah teknologi. Jadi, penguasaan teknologi kita memang masih sangat kurang terkait bagaimana kita bisa memanfaatkan sampah. Tetapi sebenarnya pemerintah kota memberi dukungan sangat besar untuk melakukan beberapa terobosan-terobosan.
Misalnya, dengan melakukan inisiatif co–firing (cacahan kayu) Sampah dalam bentuk wood chips (sampah berbasis kayu, dedaunan), sampah perkotaan itu bisa digunakan untuk men-generate listrik melalui co-firing. Jadi selama ini pembangkit listrik yang berbahan bakar batu bara itu bisa direplace dengan bahan bakar sampah yakni pellet sampah.
Kemudian kebijakan juga menjadi hal yang penting untuk kita perhatikan, sejalan dengan perkembangan teknologi. Penawaran kerjasama dengan berbagai instansi seperti PLN dalam memberikan solusi dalam memecahkan problem penumpukkan sampah.
Sejak 2021, PT PLN (Persero) telah menetapkan beberapa daerah sebagai pilot project pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar jumputan padat (BBJP). Hasil produk BBJP ialah wood chip dan pellet. Yang digunakan menjadi co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), termasuk di PLTU Teluk Balikpapan.
Pada 25 April 2022, PT PLN (Persero), yakni Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Balikpapan dengan pihak pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama. Kemudian, dilanjutkan dengan tahap pembuatan BBJP yang diproduksi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Manggar mulai 6 Juli 2022.
“Berawal dari uji coba dengan PLN dalam memanfaatkan sampah menjadi pelet sampah, yang berasal dari sampah organik dan limbah kayu serta dedaunan,” terangnya.
“Sehingga kerjasama yang sekarang terus berjalan bersama PLN secara perlahan dapat mengurangi penumpukkan sampah,” tambahnya.
Mochamad Haryanto juga menjelaskan, bahwa kerja sama dengan instansi PLN dalam hal memanfaatkan pellet sampah sebagai pengganti batubara dalam pembangkit tenaga listrik dan mengarah kepada energi baru terbarukan (EBT) sudah banyak dilakukan di daerah lain terutama di Jawa.
“Untuk Balikpapan pemrosesan sampah menjadi pelet masih terus berlanjut. Semoga ke depan pengelolaan ini bisa lebih berhasil dan tentunya dapat mengurangi penumpukkan volume sampah untuk kota Balikpapan,” terangnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa area TPAS Manggar terus bertambah dimana jumlah zona saat ini mencapai 7 zona timbun. Zona yang telah mencapai timbunan maksimal sebanyak 5 zona, dan yang sedang berlangsung dikelola tinggal 2 zona.
“Untuk yang 2 zona tumpukkan sampah masih belum begitu banyak, sedangkan yang 5 zona sudah ditimbun tanah dan hingga saat ini sudah rimbun dengan semak semak pepohonan,” ungkapnya.
Sementara PLN dengan segala kebijakannya dalam mengembangkan EBT ini Jika hasil analisa menunjukkan efek positif, di masa depan, bahan bakar yang termasuk energi baru terbarukan (EBT) tersebut bisa menggantikan hingga 20 persen bahan bakar batu bara. Bahkan efeknya bisa menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik. Serta tak menutup kemungkinan pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar ini bakal menarik perhatian banyak investor.
“Untuk co-firing PLTU butuh 3.000 ton BBJP dalam sebulan, sementara hasil TPA Manggar memang masih kecil, baru mampu memproduksi 50 ton. Selama proses pengembangan dan uji coba, yang sudah dibawa ke PLTU Teluk Balikpapan kurang lebih 14,5 ton,” paparnya.
Setelah dilakukan serah terima, dipersilahkan Pemerintah Kota Balikpapan agar dapat mengembangkan lebih besar. Program ini pun diharapkan dapat menginspirasi berbagai pihak, instansi negeri ataupun swasta agar lebih aware terhadap emisi karbon. Langkah ini, ditambahkan lagi, tak hanya sebagai program nasional tapi juga upaya membantu Pemerintah Kota Balikpapan dalam mengurangi sampah yang masuk ke landfill di TPA Manggar.
Selain energi baru terbarukan dapat bermanfaat bagi semua, juga masyarakat dapat leluasa memanfaatkan teknologi hasil dari sampah yang selama ini dianggap tidak berguna. Listrik dan biogasmethan sangat membantu keberlangsungan hidup. Ekonomi meningkat rakyat sejahtera.**
Jurnalis: Yun Darojatun