Kaltimku.id BARABAI – Pengendara angkutan umum dan pribadi diharapkan lebih waspada dan hati-hati melewati jembatan Sungai Kapuh, Desa Barikin, Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Masalahnya, jembatan yang terletak di ruas jalan raya Trans Kalimantan itu kian bertambah retak. Keretakannya agak memanjang ke arah kanan jalan menyusul keretakan sebelumnya yang terjadi pasca banjir besar 14 Januari 2021 lalu.
“Hati-hati lah kalau lewat jembatan Kapuh. Kita harus sabar sedikit, karena kondisi jembatan yang sudah retak kian bertambah retak,” ucap beberapa sopir truk seperti mengingatkan teman-temannya, Selasa, (23/2/2021).
Keretakan atau bolongnya bagian tengah jembatan pasca ‘baah’ (banjir) besar lalu, sebenarnya sudah dilaporkan oleh wakil rakyat Kalsel, HM Rifqinizami Karsayuda dalam dengar pendapat Komisi V DPR RI dengan Kementerian PUPR di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, 22 Januari lalu.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono pun merespon positif. Langsung melakukan penanggulangan darurat banjir di Kalsel, terutama di wilayah HST yang terdampak paling parah.
Sayangnya, penanggulangan darurat jembatan Kapuh Barikin terkesan seadanya.
Keretakan atau bolongnya jembatan antara pondasi dan badan jalan itu hanya dilakukan dengan cor-coran semen seadanya.
Karuan saja, ramainya arus kendaraan sarat muatan siang-malam, hilir mudik dari dan mau ke Kaltim – Kalsel – Kalteng – Kaltara, membuat jembatan satu-satunya di ruas ini semakin tambah retak.
Hari Rabu, 3 Februari misalnya, semua kendaraan harus lewat jalur kanan dari Barabai ke Banjarmasin. Sebab, hari itu dilakukan cor-coran semen tambahan lagi.
Terakhir hari Ahad sore, 21 Februari, pemberlakuan satu jalur pun terjadi lagi di jembatan itu. Tapi, satu jalur kali ini di sebelah kiri dari Barabai – Banjarmasin, dan dari Banjarmasin – Barabai harus lewat jalur sebelah kanan.
Menurut para sopir truk, penyebab bertambahnya keretakan jembatan ini Kapuh lantaran terlalu sering dilewati truk-truk trailer angkutan semen yang muatannya lebih dari 20 – 40 ton.
“Kalau muatan kita paling 8 – 10 ton saja. Tapi, truk trailer itu muatannya ada yang sampai 60 ton. Sedang daya tahan beban jalan ini maksimal 10 ton,” ucap Riduan, salah satu sopir lainya.
Benarkah truk-truk angkutan semen itu sebagai penyebab utama keretakan jembatan Kapuh? Ataukah menjadi penyebab cepatnya kerusakan jalan raya Trans Kalimantan ini?
Dinas PUPR Kalsel sendiri ketika dikonfimasi melalui situs resminya dinaspupr.kalselprov.go.id. hari Senin, 22 Februari 2021, belum memberikan tanggapan dan jawaban sampai sekarang.
Namun, keretakan jembatan yang kian memanjang itu sekarang sudah dilapis dengan aspal beton (hotmix). Tapi, tetap saja memprihatinkan pengendara yang harus hati-hati karena terjadi penurunan badan jalan beberapa centimeter dari pondasi jembatan. (JJD)