‘Kadut’ Laris di Pasar Bagambir, Harga Gabah Petani di Pehuluan Kalsel Relatif Murah

Kaltimku.id, KANDANGAN — Sejumlah pedagang karung plastik di Pasar Jumahat Bagambir — Bamban Utara, Kandangan, nyaris kewalahan diserbu pembeli. Hari Jumat (13/5/2022) tadi, warga  berjubel membeli karung plastik yang juga disebut “kadut”  itu.

Warga yang umumnya petani ramai membeli karung seiring  musim panenan padi tiba.  Sebagian besar petani  di pehuluan Kalimantan Selatan seperti di Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Hulu Sungai Tengah (HST) memang panenan sehingga memerlukan kadut menyimpan gabah.

Bacaan Lainnya

Harga kadut atau karung plastik di pasar tradisional mingguan pinggir jalan raya Trans Kalimantan  ini bervariasi. Tergantung besar kecilnya ukuran dan tebal tipisnya karung yang biasa juga dipakai untuk pakan ternak ayam, itik, ikan dan lainnya.

“Ulun (saya) menjual karung tergantung ukurannya. Harganya mulai dari Rp1.500 sampai Rp2.500 per buah, dan di pedagang lain juga ada yang lebih tinggi,” aku  pedagang wanita asal Pantai Hambawang, HST, seraya minta tak disebut namanya.

Pedagang karung  pakai mobil Pickup itu memang agak kewalahan melayani serbuan pembeli. Rata-rata warga bertiras memilih dan membeli bermacam merek  dan ukuran karung yang isinya 50 kg atau setara dengan 4 blek gabah kering giling (GKG).

Di bagian lain, harga GKG sendiri di pehuluan Kalsel seperti di beberapa desa di HSS dan HST relatif murah. Kurang menggembirakan para petani yang menggarap sawah sebagai pencaharian pokok.

Juhdari, misalnya, salah satu pengumpul GKG di Bamban Utara,  Kandangan menyebut, harga GKG  macam-macam.   Kisaran harganya antara Rp4.200 — Rp4.400 per kg tergantung jenis dan varietas padinya.

“Varietas jenis Mpare misalnya  Rp4.400 per kg. Tapi, untuk varietas padi Siam lebih mahal, Rp5.000- an ke atas, dan ada juga yang lebih murah sedikit,” ujar Ijuh, sapaannya kepada awak media ini, Sabtu (14/5/2022) sore.

Ijuh sendiri kemarin membeli GKG dari Jubair, warga Bamban Utara lainnya sebanyak 20 kadut.  Sebelumnya, ia pun membeli padi tanaman ringan berumur 3 bulan ini dengan warga lainnya untuk diangkut dan dijual lagi pakai mobil Pickup ke Barabai, ibukota HST yang dikenal sebagai pusat bisnis ‘Benua Enam’ di Kalsel.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait