Nelayan Tanjung Aru Kabupaten Grogot Keluhkan Harga BBM Melejit Naik, akan Melaporkan ke Polda Kaltim

Kaltimku.id, BALIKPAPAN — Sejumlah nelayan Tanjung Aru, Kabupaten Paser (Tana Grogot), Kalimantan Timur (Kaltim) ngeluruk ke Balikpapan mendatangi beberapa awak media. Pasalnya merasa dirugikan oleh Pangkalan BBM jenis solar dengan menaikkan harga cukup tinggi, yakni Rp 10.000/liter. Hal tersebut disampaikan perwakilan nelayan Samsuri alias
Bacong (42) kepada awak media, Senin (1/5/2023).

Di hadapan awak media Bacong yang asal Desa Selengot, Kabupaten Paser mengatakan, para nelayan membeli minyak dari pangkalan melalui dua orang makelar, S dan H sebesar Rp. 10.000/liter. Padahal harga dari SPBU sesuai dengan DO (Delivery Order) hanya Rp. 6800/liter. Dengan alasan harga tersebut sudah sesuai dengan aturan SPBU.

Bacaan Lainnya

“Harga yang kami berikan dari pangkalan kepada nelayan sudah sesuai dengan aturan SPBU setempat,” ujar Samsuri menirukan ucapan dari pemilik pangkalan.

Bacong

Lantaran hingga saat ini pemilik pangkalan tidak bisa menurunkan harga BBM, makanya para nelayan akan melaporkan masalah ini ke Polda Kalimantan Timur di Balikpapan, karena  sangat memberatkan para nelayan saat hendak melaut.

Bacong yang ditemani Ketua Kelompok Tani Pabosowa, Kampung Lawas, Desa Riwang, Kecamatan Batuengau, Tana Grogot Ramli Usis, membenarkan selama ini memang kapal miliknya yang disewa untuk menyuplai solar kepada para nelayan.

“Memang benar selama ini kapal saya yang disewa, dan itu berarti saya mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang saya pikir-pikir sangat merugikan para nelayan, sehingga saya yang ditemani Pak Ramli akan segera melaporkan hal ini kepada pihak Polda Kaltim,” tegas Bacong yang paham akan risiko di belakang hari dengan tindakannya ini.

Bacong menambahkan, jika nelayan mau membeli langsung ke SPBU/Lori, selalu dihalang-halangi dan harus membeli melalui S atau H, dan harganya dari Rp 6.800 menjadi Rp 10.000/liternya. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, dan dirinya sudah tak tahan lagi dengan apa yang dialami para nelayan.

“Sekarang kapal saya memang masih disewa untuk menyuplai solar kepada para nelayan, tapi saya merasa sudah saatnya kondisi ini dihentikan, meski risikonya saya bisa kehilangan penghasilan dari sewa kapal saya, tapi saya yakin masih ada rezeki yang lebih berkah,” pungkasnya yang diamini Ramli Usis yang juga seorang wartawan senior Kaltim.*

Jurnalis: Edy/Yun

Pos terkait