Sanitasi Buruk dan Anemia Remaja Jadi Faktor Kunci Stunting di Kaltim

Samarinda, Kaltimku.id – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menegaskan bahwa persoalan stunting tidak dapat dilepaskan dari masalah sanitasi dan kesehatan remaja putri. Dua faktor tersebut dinilai masih menjadi titik lemah utama dalam upaya penurunan stunting di daerah.

Ananda menyebut masih banyak keluarga, baik di kawasan pinggiran kota maupun pedesaan, yang belum memiliki akses memadai terhadap fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) dan air bersih yang layak. Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini, menurutnya, berpengaruh langsung terhadap kesehatan anak dan efektivitas intervensi gizi.

Bacaan Lainnya

“Gizi tidak bisa berdiri sendiri. Kalau sanitasi rumah tangga masih buruk, upaya perbaikan gizi juga tidak akan maksimal,” tegasnya.

Selain sanitasi, DPRD Kaltim juga menyoroti tingginya angka anemia pada remaja putri yang kerap luput dari perhatian. Padahal, kondisi kesehatan remaja putri menjadi fondasi penting bagi kualitas kehamilan dan kesehatan bayi di masa depan.

“Kalau remaja putrinya sudah anemia sejak awal, bagaimana mereka bisa menjalani kehamilan dengan sehat?” ujar Ananda.

Ia menilai lambatnya penurunan angka stunting di Kaltim—yang hanya turun sekitar 0,7 persen dalam tiga tahun—harus menjadi alarm keras bagi pemerintah provinsi. Program yang ada perlu dipetakan ulang agar intervensi benar-benar tepat sasaran, mulai dari pemerataan tenaga gizi, percepatan peningkatan sanitasi, hingga penguatan layanan kesehatan remaja.

Menurut Ananda, Kalimantan Timur tidak memiliki banyak waktu untuk menunda penyelesaian persoalan stunting, terlebih daerah ini tengah menyiapkan generasi muda yang akan menghadapi bonus demografi dan target Indonesia Emas 2045.

“Kalau kita bicara generasi emas, maka urusan stunting harus ditangani dengan cara yang jauh lebih serius,” tutupnya.*

Pos terkait