Kaltimku.id, PPU – Kelangkaan minyak goreng (migor) di Indonesia termasuk di wilayah Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur masih terjadi. ‘Hilangnya’ migor di pasaran menyebabkan kenaikan harga hingga meresahkan masyarakat.
Harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah pusat sebesar Rp 14.000, tidak berpengaruh banyak. Terlebih, harga tersebut hanya berlaku di toko retail modern dan stoknya pun terbatas. Sementara di tingkat pedagang kecil harganya naik berkisar Rp 3.000-Rp 5.000 per liter.
“Sekarang agak sulit mendapatkan migor. Di minimarket kadang ada kadang tidak, kalaupun ada itupun jumlahnya terbatas,” kata salah seorang pedagang kuliner di PPU, Feri (34), Kamis (3/3/2022).
Naiknya harga minyak goreng memaksanya harus mengeluarkan budget lebih untuk modal berdagang. Sebelum kelangkaan, modal yang ia keluarkan dalam satu hari sebesar Rp 500-600 ribu. Saat ini ia harus merogoh kocek untuk modal berjualan sekira Rp 700 ribu.
Menyikapi kondisi ini, Plt Bupati PPU, Hamdam menyatakan akan melakukan operasi pasar minyak goreng. Langkah itu dinilai cukup efektif dalam menekan harga sekaligus meredam kelangkaan minyak goreng.
“Solusinya adalah menggelar operasi pasar murah. Apalagi kalau kondisi ini terus berlanjut, InsyaAllah dalam waktu dekat kita lakukan itu,” ujar Hamdam, Kamis (3/3/2022).
Selain kegiatan operasi pasar, ia meminta kepada dinas terkait melakukan pengawasan distribusi migor. Upaya itu guna mengantisipasi adanya penimbunan, yang dilakukan oleh pedagang besar. Tidak hanya itu, pihaknya juga meminta masyarakat tidak memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan penimbunan yang memicu keresahan.
“Saya rasa dinas perdagangan (Diskukmperindag) sudah menjalankan pengawasan itu,” tuturnya.*
Editor: Hary BS