Samarinda, Kaltimku.id — Polemik tuduhan terhadap Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda, Adnan Faridhan, terus bergulir di ranah publik. Setelah ramai diperbincangkan di media sosial melalui serangan buzzer, Adnan akhirnya angkat suara untuk meluruskan berbagai informasi yang menurutnya keliru dan tidak berdasar.
Dalam keterangannya kepada awak media, Adnan menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak pernah menginisiasi maupun memberikan pendanaan kepada teman-temannya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi.
“Saya memang berteman baik dengan banyak aktivis HMI. Tetapi tidak berarti saya menggerakkan mereka untuk aksi apapun,” ujarnya.
Politisi muda ini merasa tuduhan yang dialamatkan kepadanya sudah jauh melampaui batas kewajaran. Ia menyebut serangan buzzer yang menuding dirinya menjadi aktor di balik aksi-aksi mahasiswa tidak hanya menyudutkan secara personal, tetapi juga mengganggu kredibilitasnya sebagai wakil rakyat.
“Ini sudah masuk ranah fitnah. Kalau memang ada bukti saya menggerakkan mereka, silakan bawa ke ranah hukum,” tegasnya.
Bahkan, untuk menunjukkan kesungguhannya, Adnan secara terbuka menyatakan siap membuktikan dirinya tidak bersalah melalui cara adat sekalipun.
“Kalau mau sampai sumpah pocong, saya siap. Saya ingin semua ini jelas dan tidak lagi menjadi fitnah yang terus berkembang liar,” katanya.
Adnan juga mengklarifikasi hubungan komunikasinya dengan Ketua HMI Samarinda yang belakangan disebut-sebut intens.
“Faktanya, baru kemarin Ketua HMI Samarinda menghubungi saya. Itu pun baru pertama kali kami komunikasi langsung,” jelasnya.
Ia menilai isu yang berkembang sengaja digoreng oleh pihak-pihak tertentu untuk membangun opini seolah-olah ada skenario besar di balik aksi mahasiswa.
Lebih jauh, Adnan menegaskan bahwa jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memberikan keterangan resmi, dirinya siap bersikap terbuka.
“Kalau saya diminta menjadi saksi, saya akan datang. Saya akan kooperatif sepenuhnya, supaya terang siapa yang benar dan siapa yang hanya melempar fitnah,” ungkapnya.
Menurutnya, tuduhan-tuduhan liar ini justru merusak esensi demokrasi yang seharusnya sehat di Samarinda.
“Kalau aktivis turun ke jalan, itu wajar dalam negara demokrasi. Jangan semua dikait-kaitkan dengan kepentingan politik tertentu tanpa dasar yang jelas,” tambahnya.
Ia berharap masyarakat dapat lebih kritis dalam menerima informasi yang beredar, terutama di media sosial yang rentan dijadikan alat propaganda oleh akun-akun anonim.
“Jangan mudah percaya dengan narasi yang belum tentu benar. Mari kita jaga agar ruang demokrasi di Samarinda tetap sehat dan bertanggung jawab,” tutupnya.**