Konsumsi Daging Sapi Masyarakat PPU Saat Ramadan Diprediksi Naik

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten PPU, Arief Murdiyatno
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten PPU, Arief Murdiyatno

Kaltimku.id, PPUJelang datangnya bulan suci Ramadhan hingga Idul Fitri 1422 Hijriah, konsumsi daging sapi di wilayah Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur diprediksi meningkat. Di luar hari raya kurban, Ramadhan hingga lebaran menjadi salah satu momen naiknya permintaan daging sapi di masyarakat.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten PPU, Arief Murdiyatno mengatakan, momen hari besar keagamaan menjadi tren naiknya demand (permintaan) masyarakat. Bahkan, kondisi pandemi tidak berpengaruh.

Bacaan Lainnya

“Tren naiknya permintaan di momen hari keagmaan itu selalu terjadi,” kata Arief Murdiyatno.

Prediksi peningkatan konsumsi daging sapi, mengacu pada tahun sebelumnya. Dimana pada momen Idul Adha 2020, jumlah permintaan hewan kurban mencapai 904 ekor. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya sebanyak 745 ekor.

Untuk periode Januari-Maret, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) melayani pemotongan sebanyak 180 ekor atau 2 hingga 3 ekor sapi perhari. Selain RPH, stok daging sapi juga dipasok oleh pedagang di luar RPH.

Kebutuhan konsumsi daging sapi masyarakat PPU rata-rata sebanyak 400-500 kilogram. Dengan jumlah tersebut, maka konsumsi daging mencapai 2,3 kilo perkapita per tahun.

Dinas Pertanian sendiri terus melakukan pemantauan terhadap rantai distribusi dari hulu ke hilir. Hal itu untuk memastikan pasokan daging sapi di Ramadan hingga Idul Fitri, aman.

“Untuk menjaga supply Ramadan dan Idul Fitri, kami lakukan pemantauan di tingkat petani maupun di tingkat pelaku usaha. Jadi ketika demand-nya meningkat, kami bisa tetap penuhi,” tutur Arief.

Dijelaskanya, supply daging sapi tidak hanya berasal dari petani lokal. Namun juga didatangkan dari luar daerah seperti Sulawesi dan NTB. Pemotongan sapi petani lokal untuk konsumsi dibatasi agar populasi sapi indukan terjaga. Mengingat frekuensi kelahiran anak sapi hanya terjadi satu kali dalam setahun.

“Itu tetap kita jaga agar kebutuhan daging tetap bisa dipenuhi,” Murdiyatno menandaskan.*(adv)

Editor : Herry T BS

Pos terkait