Kalimku.id — Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Salehuddin, menekankan jika tanggung jawab pendidikan bukan hanya terletak pada guru, melainkan juga pada orang tua dan pemerintah.
Salehuddin melihat bahwa kasus ini menjadi bukti bahwa kekerasan dalam pendidikan masih terjadi.
“Kalau ditemukan kekerasan saya fikir ini harus diselesaikan dengan ketentuan yang ada. Kalau memang sesuai ranah hukum ya harus diselesaikan,” ujarnya.
Namun, ia lebih menyoroti upaya pencegahan ketimbang penindakan semata.
“Tapi bagaimana mencegah terjadi potensi itu yang penting misalnya kekerasan dalam pendidikan diberikan kepada guru orang tua, kalau misalnya proses pembelajaran ideal tanpa kekerasan harus jadi role model termasuk kepala sekolah tangung jawab evaluasi. Itu harus berjenjang termasuk pengawasan,” papar Salehuddin.
Ia menggarisbawahi pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi semua pihak. “Supaya tidak terjadi kita semua tidak mau guru enggak mau juga. Artinya kalau ada kesepakatan membangun ekosistem mengesankan keramahtamahan dari awal semua warga sekolah bersatu menciptakan bagaimana embrio kekerasan tidak terjadi,” jelasnya.
Salehuddin juga menyoroti peran orang tua dalam membentuk karakter anak. “Kan sekolah hampir 8 jam tiap hari selebihnya di rumah nah pola pengajaran dari orang tua berpengaruh. Ini ada satu pemahaman dari orang tua ke anak, hingga pengawasan kepsek pada guru,” ungkapnya.
Menurut Salehuddin, tidak semua guru mampu mentoleransi tindakan kekerasan. Oleh karena itu, perlu ada upaya bersama untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman.
“Jadi banyak hal diaktifkan kembali di sosialisasi. Kita tidak mau guru disalahkan ini yang perlu ada ketegasan pengawasan dilakukan oleh satuan Pendidikan termasuk kepala sekolah pengawas komite. Kalau mau membunuh embrio pola kekerasan harus kerja keras dari sekarang,” pungkasnya.**(adv)