Gerbang Masuk HSS Langkar, Tulisan Bumi Antaludin Hilang

Kaltimku.id, KANDANGAN — Tugu selamat datang atau gerbang masuk ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, selesai dipugar. Sudah terlihat cantik dan indah atau disebut Urang Banjar ‘bungas’ dan ‘langkar’.

“Wah, tugunya bungas dan langkar banar. Jauh berbeda dengan tugu asalnya yang sudah dibongkar,” ujar Andri, warga sekitar sambil melihat finishing akhir pekerjaan proyek gerbang batas HSS – HST itu, Kamis, 30 Desember 2021.

Bacaan Lainnya

Andri dan warga lainnya memang ramai melihat pengerjaan akhir proyek pemugaran atau rehabilitasi gerbang batas itu. Proyek yang ditangani Dinas PRKPLH (Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup) HSS ini memakai dana APBD 2021 senilai Rp487.153.200.

Finishing akhir pekerjaannya per 30 Desember 2021 tadi berupa penyusunan atau pemasangan huruf tulisan Selamat Datang dan Selamat Jalan di bagian bawah gerbang atas bangunan tugu yang sudah berdiri kokoh dan tegar dengan berbagai ornamen menarik.

Awak media ini pun mencermati pengerjaan akhir para pekerja dari kontraktor CV Barutama. Dari situ, ada tulisan yang telah hilang dari gerbang batas asalnya yang memang sudah dirombak total.

Tulisan yang raib itu ialah Selamat Datang di “Bumi Antaludin”. Diganti tulisan Selama Datang di “Bumi Rakat Mufakat” pada gerbang masuk. Sedang pada gerbang keluar batas juga diubah dari tulisan awal “Selamat Datang di Bumi Murakata” menjadi “Selamat Jalan dari Bumi Rakat Mufakat”.

Kenapa tulisan “Bumi Antaludin” Itu diganti dengan “Bumi Rakat Mufakat”? Padahal, “Bumi Antaludin” diketahui sudah sangat membumi di masyarakat HSS dan Kalsel sebagai gambaran adanya wilayah kabupaten HSS.

“Hilangnya tulisan Bumi Antaludin ini perlu dipertanyakan. SKPD yang menangani proyek ini harus menjelaskannya. Kenapa tulisan itu sampai diubah atau dihilangkan,” tanya Mohamad Aini seperti tak habis mengerti.

Pa Aai — sapaan akrab warga HSS — itu menanyakan soal ini karena sosok Antaludin diketahuinya pelaku sejarah. Sejarah perjuangan melawan tentara kolonial Belanda di daerah Kandangan dan sekitar.

“Antaludin itu termasuk pelaku sejarah. Dia digelari Sultan Banjar pada 28 April 1860 sebagai Tumenggung Antaludin, karena keberaniannya melawan penjajah. Bahkan, Tumenggung Antaludin pula yang membangun Benteng Pertahanan di Gunung Madang, Desa Madang, Telaga Langsat, Kandangan,” urai Aai

Aai yang pemerhati sejarah ini salut dan mengapresiasi sikap patriotik dan rasa nasionalisme Pemkab HSS yang sudah mengabadikan dua nama tokoh pahlawan di HSS. Pertama nama Brigjen H Hasan Baseri sebagai nama RSUD Kandangan, dan nama Aluh Idut atau aslinya Siti Warqiah sebagai nama salah satu ruas jalan di dalam Kota Kandangan.

Namun, raibnya nama “Bumi Antaludin” di gerbang batas HSS – HST sekarang membuat Aai kurang sreg. Selama gerbang batas wilayah itu berdiri, selama itu pula nama Bumi Antaludin lengket dan membumi di masyarakat.

Persoalannya, di era kemajuan dunia teknologi dan informasi ini, boro-boro nama yang melegenda itu hilang tak berbekas. Diganti nama baru Bumi Rakat Mufakat, yakni sebuah tulisan dari lambang Kabupaten HSS yang beribukota Kandangan.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait