OLEH: ANAZATUL NAIM
JUARA III LOMBA MENULIS ESAI HARI JADI KOTA BALIKPAPAN KE 128
Tahukah Anda, ada tempat wisata baru yang menawarkan hamparan permadani hijau juga oasis di Kota Balikpapan? Ya, permadani hijau ini adalah padang rumput yang menghampar di salah satu Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan. Uniknya, di sisi kanan padang rumput ini terdapat sebuah oasis. Bukan oasis biasa karena kali ini letaknya bukan di tengah gurun pasir, melainkan di tengah wilayah perbukitan yang menghijau. Padang rumput dan kolam kubangan tempat para kebo berendam inilah yang dimaksud, penampakan keduanya bak permadani dan oasis di Kota Balikpapan. Tempat ini dikenal dengan nama Taman Wisata Bukit Kebo. Letaknya di timur Kota Balikpapan, yang memiliki kontur wilayah 85% berbukit dengan ketinggian 0 sampai >100 meter mdpl (https://web.balikpapan.go.id/), tepatnya di Jalan Proklamasi, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur.
Sesuai dengan namanya, Taman Wisata Bukit Kebo, yang menjadi ikon utama di sini ini adalah adanya hewan kebo, atau kerbau. Tempat ini awalnya merupakan peternakan kerbau yang disulap menjadi tempat wisata. Bagaimana bisa? Dikutip dari Kaltimkece, Seber R. Kombong adalah pemilik peternakan Bukit Kebo, sejak tahun 2004 ia sudah memiliki lahan ini. Luasnya sekitar 9 hektare, kala itu hanya untuk jual beli kerbau. Namun berawal dari pembuatan video oleh Disporapar Balikpapan yang langsung viral, peternakannya mulai dikunjungi orang. Setelah itu mulai bergantian konten kreator mengambil foto dan video di sana. Bukit Kebo ini mulai dikenal pasca pandemi covid-19, sekitar tahun 2021, sementara diresmikan menjadi Taman Wisata Bukit Kebo pada tahun 2023.
Kemunculan Bukit Kebo ini langsung populer setelah sering digunakan untuk latar belakang spot foto dan syuting. Keberadaan akar kayu ulin yang menghitam sisa ditebang, lembah yang menghijau, dan kolam kubangan kerbau berwarna cokelat menampilkan lukisan alam yang pas dan cocok menjadi tempat beristirahat dan rekreasi. Tempatnya lapang, asri, dan sunyi karena jauh dari pemukiman penduduk. Kalau Anda senang menyaksikan matahari terbit ataupun tenggelam di Balikpapan, Anda patut mencoba menyaksikannya dari Bukit Kebo. Jika sedang sunyi, kita bisa mendengar gemericik air dari aliran sungai kecil yang ada di Bukit Kebo. Tempat ini memberikan sisi istirahat terbaik bagi orang-orang yang ingin melepas penat dari hiruk pikuk perkotaan dan padatnya pekerjaan.
Bagaimana jika kebonya dilepas, apakah pengunjung tidak takut dikejar? Nah, sampai saat ini tidak ditemukan kasus pengunjung mengalami masalah dengan keberadaan kebo-kebo di sini. Kebo di Bukit Kebo juga tidak mengganggu. Mereka keluar kandang hanya untuk berendam di kubangan kolam aka oasis tadi, atau memakan rumput. Di tengah-tengah bukit kebo, ada sebuah pondok. Itu adalah rumah pemilik Bukit Kebo, Seber R. Kombong, yang sekaligus mejadi kantin mini untuk pengunjung yang mau membeli camilan makanan dan minuman.
Akses jalan menuju destiasi wisata ini cukup mudah. Pengunjung bisa melalui jalan tembus baru dari Jalan Soekarno Hatta, Kilometer 8, menuju Jalan Transad, sampai di Jalan Proklamasi, Bukit Kebo berada di kiri jalan. Sementara pengunjung yang berasal dari arah Manggar, bisa langsung masuk ke jalan Proklamasi, atau TPA Manggar, Bukit Kebo berada di kanan jalan. Pertengahan tahun 2021 saat awal-awal Bukit Kebo dikenal, akses jalannya cukup sulit. Untuk sampai ke sana, pengunjung perlu tenaga ekstra dan kendaraan yang prima. Saat itu, jalanan masih berupa tanah merah berbatu, masih dalam tahap pembangunan. Kalau cuaca panas jalannya sangat berdebu, sedangkan saat cuaca hujan, tanahnya lengket dan licin. Namun sekarang akses jalannya sudah bagus, jalan sudah dicor dan sudah ada penerangan di beberapa titik. Konon, pembangunan jalan tersebut salah satunya untuk memberikan akses yang mudah kepada pengunjung Bukit Kebo oleh dinas setempat.
Sebagai penanda memasuki wilayah Taman Wisata Bukit Kebo, pengunjung akan disambut oleh gapura dari kayu yang bertuliskan Taman Wisata Bukit Kebo. Melewati gapura sekitar 1 kilometer, pengunjung akan menemukan portal dan pos keamanan. Dari pos keamanan ini kita bisa melihat ke sebelah kiri, hamparan rumput, akar kayu ulin, dan oasis Bukit Kebo sudah terlihat. Letaknya memang lebih turun (di bawah) dibandingkan lokasi portal dan parkiran. Di sinilah pengunjung membayar tiket masuk seharga Rp10.000/orang. Harga yang sangat terjangkau untuk sguhan alam yang tak ada duanya di Balikpapan. Setelah menyelesaikan pembayaran, petugas akan membuka portal dan pengunjung bisa masuk bersama kendaraan. Pengunjung bisa memarkirkan kendaraan secara rapi, terpisah antara mobil dan motor di area parkir yang tersedia. Tidak ada tukang parkir di sini, tapi pengunjung yang mengatur sendiri posisi kendaraannya dengan rapi. Di sebelah kanan parkiran, pegunjung bisa melihat kandang kebo. Kebo-kebo ini tidak selalu dibiarkan keluar kandang, tapi ada waktu-waktu tertentu mereka dilepaskan bebas ke Bukit Kebo.
Taman Wisata Bukit Kebo juga didukung oleh Pemerintah Daerah, termasuk kelengkapan fasilitas baik sarana dan pra sarananya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Seber bahwa ia paham jika masyarakat Balikpapan perlu hiburan dan tempat rekreasi, dengan kerjasama antara ia dan Pemerintah Daerah, ia mengizinkan peternakannya dijadikan tempat wisata. Destinasi wisata ini cukup ramai pengunjung terutama di akhir pekan karena sangat bagus untuk kegiatan fotografi, juga bersantai, atau healing kalau kata gen Z.
Akhir-akhir ini, Bukit Kebo tak hanya dipakai untuk dikunjungi, tanahnya yang landai dimanfaatkan para pecinta alam menjadi camping ground. Saat musim liburan tiba, akan ada saja pengunjung yang mendirikan tenda dan bermalam di sana.
Pengunjung membawa sendiri tenda mereka, untuk pendirian tenda biasanya dimulai sore hari. Pengunjung yang bermalam tidak perlu khawatir akan gelap, karena di Bukit Kebo juga difasilitasi listrik selama 24 jam, ada penerangan di gazebo-gazebo, juga stop kontak. Sehingga jika ingin menyambungkan listrik ke tenda akan sangat mudah, pengunjung cukup membawa stop kontak tambahan yang lebh panjang. Bagi yang menginap juga bisa mendapatkan gratis penggunaan gazebo di malam hari, sementara siang hari akan dikenakan biaya Rp100.000,00.
Pengunjung yang melakukan camping di sana juga wajib membongkar tendanya maksimal jam 10.00 pagi. Jika cuaca sejuk atau hujan, camping di Bukit Kebo sangat direkomendasikan karena tidur di tenda tanpa kipas pun masih terasa sejuknya. Namun jika cuaca sedang panas, pengunjung yang camping baiknya memilih spot penempatan tenda di bawah pohon, atau membawa kipas angin, supaya tidur di tenda tetap terasa nyaman. Saat bermalam pun, pengunjung tidak perlu khawatir akan digeruduk kebo, karena sore hari kebo-kebo di sana sudah diamankan di dalam kandang. Sehingga pengunjung bisa aman selama bermalam di tenda.
Fasilitas di Bukit Kebo bisa dikatakan cukup lengkap, di antaranya, tempat parkir yang luas, toilet umum yang bersih sekitar 6 bilik, air yang melimpah, 6 buah gazebo di sepanjang lahan sebelah kiri, juga 2 buah rumah panggung yang ada di tengah lahan. Juga beberapa gazebo mini yang tersebar di beberapa titik yang bisa digunakan untuk berteduh dengan duduk lesehan di rumput, seperti sedang dipayungi. Sementara gazebo yang lain berbentuk seperti rumah panggung sehingga bisa digunakan untuk salat dan rebahan bagi yang datang dari perjalanan jauh. Dari fasilitas yang sudah ada, alangkah lebih baik jika keberadaan persebaran tempat sampah sesuai jenis sampahnya ditambah. Karena masih ditemukan beberapa oknum pengunjung yang membuang sampah di sela-sela sisa batang pohon ulin karena jumlah tempat sampah yang kurang.
Dari rumah panggung 2 lantai yang berada di tengah lahan, kita bisa menikmati semilirnya angin di sana dan melihat secara luas hamparan rumput hijau di Bukit Kebo. Kita juga bisa melihat para kerbau yang berendam di kubangan air dengan lebih jelas. Lokasi Bukit Kebo ini adalah alam terbuka, sehingga melihat pemandangan langit dari sana juga sangat menarik. Pengunjung yang datang bukan hanya muda-mudi, tapi juga keluarga yang berekreasi, dari segala usia. Mulai dari bayi sampai orang tua. Medannya tidak sulit untuk jalan kaki sehingga semua usia bisa menikmati udara segar dan bergembira ria di Bukit Kebo.
Bukit Kebo sebenarnya mulai populer saat Covid-19 mulai mereda. Bahkan, Bukit Kebo sempat ditutup karena antusiasme pengunjung yang tinggi dan dikhawatirkan bisa menjadi tempat persebaran Covid-19 lagi di Balikpapan. Namun setelah dibuka kembali, rupanya minat pengunjung tak berkurang, terlebih dengan banyaknya konten kreator yang membuat konten di sana menjadikan publikasi Bukit Kebo semakin dikenal.
Tak hanya untuk nongkrong santai, menikmati sore, memandang hijaunya padang rumput, juga kolam yang menghiasi Bukit Kebo, di sini pengunjung juga bisa melakukan event family gathering. Belum lama ini, sebuah komunitas penulis juga mengadakan fanmeet penulis Balikpapan di sana. Dengan banner kegiatan, spanduk yang di pasang di antara pohon, dan alas duduk, juga soundsistem minimalis yang mereka bawa sendiri, kegiatan bisa dilangsungkan di sana. Tidak perlu khawatir akan mengganggu pengunjung yang lain, karena setiap acara yang diadakan di sana akan disetujui lebih dulu oleh pihak Bukit Kebo. Setelah melaporkan kegiatan yang akan dilakukan dan mendapat izin, maka acara bisa dilaksanakan.
Pesona Bukit Kebo tak hanya diminati warga Balikpapan, tapi juga dari luar kota, seperti Samarinda, Kutai Kartanegara, juga Samboja. Hal ini juga dipengaruhi oleh harga tiket masuk yang sangat terjangkau dan pemandangan yang memukau. Kehadiran Bukit Kebo ini memiliki tempat tersendiri di hati pengunjung terutama mereka yang mencintai alam dan fotografi. Mengapa demikian? Karena di Kalimantan Timur sendiri untuk menemukan tempat yang memadukan alam terbuka dan perkemahan cukup jarang bahkan sulit ditemui. Berbeda dengan pantai yang pengembangannya sudah ada sejak dulu.
Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas, perlu adanya perhatian lebih terhadap pengelolaan Bukit Kebo. Fasilitas yang memadai, seperti tambahan tempat makan akan sangat membantu pengunjung yang ingin mengisi perut. Selain itu, upaya pelestarian lingkungan juga sangat penting agar keindahan alam Bukit Kebo tetap terjaga untuk generasi mendatang. Keberadaan papan informasi juga akan memudahkan pengunjung untuk melihat sejarah dan keistimewaan Bukit Kebo.
Bukit Kebo adalah contoh nyata bagaimana sebuah tempat yang awalnya sederhana dapat menjadi destinasi wisata yang menarik. Potensi yang dimiliki oleh Taman Wisata Bukit Kebo sangat besar untuk dikembangkan menjadi salah satu ikon pariwisata di Kota Balikpapan. Dengan pengelolaan yang baik, Bukit Kebo dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Bagi Anda pecinta alam dan fotografi, pastikan tak melewatkan destinasi wisata yang satu ini, tempatnya lebih indah dari harga Rp10.000 yang kita keluarkan untuk tiket!***
Biodata singkat:
Anazatul Naim, perempuan yang lahir di Blitar, 18 Desember 1995 ini memiliki ketertarikan dengan buku dan dunia tulis menulis sejak SMP. Tanpa Titik Temu adalah buku pertama yang berhasil ia selesaikan dan terbit tahun 2023. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam antologi cerpen Ikan Pelangi (2018), Menjaga Bara Api Bumi Pertiwi (2020), juga antologi esai Alur Mahakam (2022) yang menjadikannya masuk dalam nominasi penulis terbaik se-Kalimantan Timur tahun 2022.
Saat ini ia disibukkan dengan profesinya sebagai guru dan menjadi ibu baru. Anak kedua dari pasangan Bapak Badeli dan Ibu Siti Aringah ini senang berpetualang. Ia memilih menikmati suasana alam terbuka bersama keluarga kecilnya di akhir pekan.
Untuk menyapa dan memberikan kritik dan saran kepada Anazatul Naim, bisa melalui email anazatuln18@gmail.com atau instagram @missanaz18.