Luasan Sawah Terendam Banjir di HST Dinamis, Kadis Pertanian Konsultasikan Cara Pencairan BTT

Jurnalis: JJD

 

Bacaan Lainnya

Kaltimku.id, BARABAI —  Kali ini soal lahan pertanian (sawah) di HST yang  terendam banjir. Dinas Pertanian HST belum menyebut luasannya,  kecuali masih koordinasi dengan petugas lapangan untuk pastikan angka luasan lahan yang masih tergenang.

Kepala Dinas Pertanian HST, Budi Satrya Tanjung mengungkap hal itu, Selasa malam (16/1/2023). Ia dikonfirmasi media ini seputar banjir yang merendam areal persawahan di sebagian wilayah HST, sehingga para petani terancam gagal tanam padi.

Begini kata Budi. “Sampai saat ini kami masih tetap koordinasi dengan kawan kawan di lapangan terkait jumlah luasan yang terdampak dan terindikasi puso,”  tulisnya lewat pesan WA.

Budi menyebut, jumlah luasan lahan yang terendam masih dinamis. “Kalau data jumlah luasannya sudah fix akan kami informasikan,” jawabnya  tanpa merinci lebih jauh.

Apakah ada langkah antisipasi menghadapi kemungkinan petani gagal tanam? Adakah persediaan bibit (benih padi) untuk bantu para petani yang terancam gagal tanam tersebut?

Kadis Pertanian HST itu belum memberikan jawaban soal persediaan bibit. Tapi,  Budi menyatakan sudah berkonsultasi dan koordinasi dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terkait prosedur pencairan pos anggaran BTT (Biaya Tak Terduga).

“Hari ini (Selasa, 16/1/2024, Red.) kami sudah konsultasi dan koordinasi ke Badan Pengelolaan  Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) terkait tata cara permohonan pencairan pagu BTT daerah,” ujarnya.

Prosedur pencairannya seperti apa?  “Kepala BPKAD menyarankan kami untuk segera mengajukan permohonan nota dinas ke Sekretaris Daerah selaku ketua tim TAPD,” pungkas Budi Satrya.

Banjir di wilayah HST (Hulu Sungai Tengah)  terjadi  sejak awal Januari 2024. Surut  sebentar — satu atau dua hari — banjir lagi. Tercatat hari ke 13 dan 14  Januari 2024, sudah empat kali banjir melanda HST.

Banjir di “Bumi Murakata” tak hanya merendam permukiman warga dan sejumlah ruas jalan di Kota Barabai, tapi luapan banjir merendam lahan lahan pertanian yang baru ditanami padi.

Rendaman banjirnya bukan satu atau dua hari, tapi berminggu minggu. Maka, ratusan atau mungkin ribuan petani di sejumlah desa dan kecamatan risau. Khawatir anakan padi yang baru tanam “bangai” (busuk)  hingga gagal tanam atau puso.

Sejumlah desa yang  areal persawahan dan perkebunannya “caram” (tenggelam) berminggu minggu ada di dua wilayah kecamatan, yakni Pandawan dan Labuan Amas Utara (LAU).

Catatan media ini,  banjir di wilayah Pandawan meliputi tiga desa, Palajau (Palas), Jaranih dan Masiraan. Sedang di LAU, desa desa yang selalu tergenang ialah Pahalatan, Mantaas, Rantau Bujur, Sungai Buluh dan sekitar.

Kawasan Pahalatan dan desa desa lainnya itu merupakan titik akhir genangan banjir HST. Rendaman banjir di kawasan ini bukan hitungan hari atau minggu lagi, tapi diketahui sampai berbulan bulan lamanya.***

Pos terkait