Masuk Musim Kering, Potensi Karhutla di PPU Cukup Tinggi

Proses pemadaman kebakaran lahan di Rt 08 Desa Giripurwa Kecamatan Penajam, Kamis (03/06).
Proses pemadaman kebakaran lahan di Rt 08 Desa Giripurwa Kecamatan Penajam, Kamis (03/06).

Kaltimku.id, PPU – Tiga hari terakhir ini, dua peristiwa kebakaran terjadi di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim). Selain menghanguskan lima rumah di RT 19 Kelurahan Petung pada Kamis (3/6/2021), di hari yang sama juga terjadi kasus kebakaran lahan di wilayah RT 08 Desa Giripurwa, Kecamatan Penajam.

Secara keseluruhan, Kecamatan Penajam memiliki potensi terjadinya kebakaran lahan paling tinggi, dibanding tiga kecamatan lain. Tercatat, setidaknya ada empat wilayah desa/kelurahan yang memiliki lahan dengan potensi kebakaran cukup besar.

Bacaan Lainnya

“Di Kecamatan Penajam dengan risiko kebakaran lahan paling besar, yakni Desa Giripurwa, Kelurahan Petung, Nenang dan Salolang,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten PPU, Nurlaila, Sabtu (5/6/2021).

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD PPU, Nurlaila.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD PPU, Nurlaila

Tingginya potensi kebakaran lahan disebabkan saat ini masuk musim kemarau. Cuaca panas dapat dengan mudah memicu terbakarnya material lahan yang telah kering, seperti yang terjadi pada kasus kebakaran semak belukar seluas 3 hektar di RT 08 Giripurwa. Meski belum dipastikan, namun kuat dugaan hal itu disebabkan cuaca.

Potensi kebakaran lahan tertinggi berada di wilayah Giripurwa. Lahan gambut di wilayah tersebut, memiliki luasan lebih dari seribu hektar.

“Yang paling kita khawatirkan itu lahan gambut di Giripurwa. Proses penanganan kebakaran di desa Giripurwa juga tidak mudah,” tutur perempuan berhijab ini.

Dijelaskan Nurlaila, sebagian besar lokasi lahan di Giripurwa tidak memiliki akses bagi mobil pemadam. Sehingga saat terjadi kebakaran, proses pemadaman terpaksa dilakukan secara manual. Kondisi itu pun tergantung ketersediaan air pada drainase.

“Akses di wilayah itu sulit dilalui mobil pemadam, jadi kami gunakan mesin portable dengan sumber air dari embung atau drainase yang ada di wilayah itu,” ungkapnya.

Selain akses jalan, kondisi saluran air di sekitar lahan sering menghambat kerja tim pemadaman. Sejauh ini, BPBD PPU sudah mengajukan bantuan ke provinsi untuk dilakukan pembersihan pada embung atau drainase.

Upaya penanganan musibah kebakaran tidak hanya dilakukan oleh BPBD maupun Dinas Pemadam setempat. BPBD PPU bersinergi dengan sejumlah instansi seperti TNI/Polri hingga relawan dalam menangani kebakaran hutan dan lahan.

“Kami sudah bersinergi. Jadi ketika ada kasus tim bergerak bersama. Untuk mengantisipasi dampak dari kebakaran lahan, kami minta masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Apalagi saat musim kemarau seperti saat ini,” pungkas Nurlaila.*(adv)

Editor: Herry T BS

Pos terkait