Buat Sungai Sungai Pembagi Banjir, Stop Pembalakan Liar

Kaltimku, BARABAI — Wakil rakyat di DPRD HST (Hulu Sungai Tengah), Kalimantan Selatan, Supriyadi, cukup prihatin melihat banjir besar di Kota Barabai dan sekitarnya. Pemkab HST disebutnya harus bersikap mencari solusi pemecahan banjir.

“Bulan November ini saja tercatat tiga kali banjir (15, 19, 27 November), dan air berlebih dari hulu DAS Benawa itu harus dicarikan solusi pemecahannya,” ujar Supriyadi ketika terjun langsung memantau banjir Barabai.

Bacaan Lainnya

Anggota Komisi II DPRD HST Bidang Pertanian, Kehutanan, PDAM, Perikanan, Perdagangan & BUMN itu menyebut, semua pihak harus bersikap, terutama Pemerintah Kabupaten HST.

Supriyadi

“Pemerintah harus bersikap mencari solusinya. Jangan sampai air berlimpah dari daerah hulu DAS Benawa turun dan menggenangi kawasan-kawasan tertentu yang selama ini menjadi langganan banjir seperti di Kota Barabai saat ini,” timpalnya.

Apa solusinya? Politikus PKS itu menyebut, pemerintah harus membuat saluran-saluran pemecah banjir atau istilahnya sungai pembagi. Bila perlu buat saluran atau sungai pembagi baru.

Selain itu, menurut dia, normalisasi anak-anak sungai yang terkonek ke DAS Benawa juga perlu dilakuan, sehingga air berlimpah dari hulu terbagi-bagi. Tidak hanya melalui DAS Benawa semata, tapi terbagi melalui saluran atau sungai-sungai pembagi.

Pedagang sayur mayur di tepi Jalan HM Syarkawi. Dan para remaja mejeng di kawasan Palas – Palajau yang masih terendam.

Di bagian lain, Yadi — sapaan akrab pria kelahiran Palajau Masjid Karamat — itu berharap pemerintah pun harus memastikan tidak ada lagi pembalakan kayu liar di hulu DAS Benawa. Sebab, kegiatan ilegal logging disebutnya masih terjadi di hulu DAS Benawa atau di kawasan pegunungan Meratus.

“Pastikan stop ilegal logging. Tindak tegas pelakunya. Sebab, kasus- kasus ilegal logging selama ini seperti lewat saja, seolah ada semacam pembiaran,” harap Yadi berulang kali di tengah suasana genangan banjir Barabai.

Banjir besar di Kota Barabai dan sekitarnya terjadi hari Sabtu, 27 November 2021. Puncak banjir yang merendam seluruh penjuru kota Ahad (28/11) malam, sehingga Pemkab HST menyatakan status Barabai sebagai tanggap darurat banjir selama 7 hari.

Update terkini hari kelima, Rabu (1/12/2021), banjir sudah surut. Tapi, beberapa daerah pinggiran yang rendah masih terendam air. Sedang kegiatan perekonomian berangsur angsur mulai normal kembali.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait