Kalangan pemancing ikan di Hulu Sungai Tengah (HST), berduka. Salah satu pemancing asal Desa Birayang Surapati, Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS), HST, meninggal di lokasi pemancingan di Handil 9 Kayu Rabah, Pandawan, Selasa pagi, 3 Oktober 2023.
Jurnalis: JJD
Kaltimku.id, BARABAI — Informasi yang diterima media ini menyebut, korban bernama Ahmadi, sekitar 68 tahun. Dia pensiunan guru dan dikabarkan meninggal mendadak di lokasi peunjunan (pemancingan) pada Selasa pagi.
“Lokasi peunjunannya di perairan Handil atau Ray 9 Kayu Rabah. Jaraknya sekitar 2 kilo dari pondok milik Jumbri, anggota PPM (Pemuda Panca Marga) HST di sanai,” ujar H Ijab Urut, anggota rescue 03 Radar HST kepada awak media ini.
Ijab Urut sendiri, relawan cukup tangguh itu turun ke lokasi. Ikut membantu melakukan evakuasi korban. Proses evakuasinya menggunakan perahu bermesin tempel (ces) dari perairan Handil 9 menuju mobil ambulan di Desa Kayu Rabah.
Belum diketahui persis apakah korban Ahmadi atau akrab disapa Didi Rama itu memiliki riwayat penyakit atau tidak. Tapi, kematiannya di lokasi peunjunan itu sangat mengejutkan anggota keluarganya di Desa Birayang Surapati, BAS, HST.
Bagaimana dengan Pak Polisi? Kapolres HST AKBP Jimmy Kurniawan melalui kapolsek Pandawan, Iptu Rojikin, membenarkan adanya warga yang meninggal mendadak di lokasi pemancingan.
“Betul pak. Korban meninggal di lokasi pemancingan Kayu Rabah itu adalah orang Birayang,” ujar Iptu Rojikin kepada awak media ini secara terpisah.
Kronologisnya begini. Awalnya Ahmadi (68) dan dua temannya, Abu Mansyur (62) dan Hidayat (45) tulak memancing dengan naik sepeda motor. Ketiganya turun dari rumah sekitar pukul 06.00 WITA menuju lokasi Ray 9 Desa Kayu Rabah, Kecamatan Pandawan, HST.
Tiba di Desa Kayu Rabah, sebut Rojikin, korban dan rekannya memarkir motor di parkiran umum. Lalu ketiganya berjalan kaki menuju lokasi pemancingan Ray 9 yang jaraknya sekitar 2 kilometer.
Sesaat kemudian, korban tiba tiba jatuh dan minta tolong ke warga pemancing lainnya untuk memanggilkan kawannya Abu dan Dayat. “Kepalaku “manyiut” (pusing) nah,” ucap Rojikin mengutip ucapan terakhir korban kepada saksi yang menolongnya.
Pertolongan pun dilakuan oleh Abu dan Dayat. Namun, sekitar 15 menit kemudian, korban yang sesak nafas dan diduga akibat kelelahan itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 09.00 WITA di lokasi.
Kabar kematian Ahmadi itu langsung disampaikan saki Abu kepada anggota keluarganya di Birayang. Lalu korban dievakuasi rekannya dibantu masyarakat sekitar dengan perahu ces menuju mobil ambulan yang standbye di Kayu Rabah.
“Korban dievakuasi dari TKP ke rumah duka di Birayang, tanpa divisum. Keluarganya tidak bersedia dilakuan visum/otopsi di RS, dan menganggap kematian korban itu sebagai musibah dan sudah suratan dari Allah SWT,” ujar Rojikin seraya menyebut korban pun dikebumikan di Birayang.
Bagaimana ini para pemancing HST? Pemancing di Bumi Murakata seperti tak bergeming. Terpantau media ini warga HST memang lagi “maniak” mancing ikan papuyu (betok), nila, atau gabus (haruan) selagi musim kemarau seperti ini.
Kenapa? Sangat banyak lokasi pemancingan di danau danau atau anak anak sungai buatan (handil) yang baru dibuka sekelompok warga untuk lokasi “maunjun” yang strategis dan mengasyikkan.
Lokasi peunjunan “bubuhan Barabai” itu diketahui tersebar di mana mana. Tak hanya di daerah perairan HST sendiri, melainkan juga tersebar di kawasan danau dan rawa rawa di wilayah HSS dan HSU.
Lokasi mancing di HSS antara lain di danau Bangkau, Garis, Lungau, Panggang Hijau dan lainnya. Lantas di HSU meliputi kawasan Alabio, Babirik, Danau Panggang dan sekitar.
Lantas di wilayah HST sendiri juga menyebar. Antara lain ada di kawasan Tandui (LAS), Samhurang, Tabat, Pahalatan, Binjai Pirua, Sungai Buluh (LAU), termasuk di Kayu Rabah yang menjadi lokasi pemancing Ahmadi mengakhiri hayatnya itu. Innalillaah!***