Tanggap Darurat Banjir Barabai Berakhir, Kerugian Rp150 Milyar

Kaltimku.id, BARABAI — Status tanggap darurat banjir di Kota Barabai dan daerah lainnya  di  Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan telah berakhir.  Tak ada lagi warga yang mengungsi di tempat pengungsian.

Sekretaris Kabupaten (Sekkab) HST, Muhammad Yani, memberikan update data  terkini  dari Tim Penanggulangan  Bencana Banjir  (TPBB) HST,  Ahad, 5 Desember 2021.

Bacaan Lainnya

“Sekarang  sudah tak ada lagi warga yang mengungsi di temat pengungsian,” tulis Sekkab Muhammad Yani melalui pesan singkat WA. Sebelumnya, data per 2 Desember 2021 mencatat ada 3.133 warga yang mengungsi di 15 tempat pengungsian.

Mulyadi, penjual ikan

Yani – sapaan akrabnya – menyebut  data terbaru yang dipublis  Media Center (MC) TPBB itu menyatakan,  terdapat 6.477 buah rumah warga yang terendam banjir di  sebelas wilayah kecamatan.

Sebelas kecamatan di “Bumi Murakata” yang diterjang dan direndam bah besar besaran itu  Kecamatan Hantakan, Batu Benawa, Batang Alai Timur (BAT), Limpasu, Batang Alai Selatan (BAS), Batang Alai Utara (BAU), Pandawan, Kota Barabai, Haruyan, Labuan Amas Selatan (LAS) dan Labuan Amas Utara (LAU).

Rendaman banjir besar kali ketiga bulan November 2021 atau yang kali keempat selama 2021 ini mengakibatkan 6.966 KK atau 20.617 jiwa harus sengsara. Untungnya tak ada korban jiwa, tidak seperti petaka banjir 14 Januari 2021 yang menewaskan 15 jiwa warga.

Selain itu,  banjir besar selama lima hari sejak 27 November — 01 Desember 2021 juga merendam 33 tempat ibadah, 88 sekolah, 25 kantor,  meruntuhkan 18 jembatan, 38 titik longsor,  31 ruas jalan,  dan  6 buah pasar rakyat porak poranda.

“Total kerugiannya kalau digabungkan  dengan banjir Januari 2021 Rp150 milyar, termasuk 70 km jalan rusak dan  65 buah jembatan juga rusak,”  Yani mengakhiri pesan singkatnya kepada awak media ini.

Pantauan di lapangan  menyimpulkan, banjir di wilayah HST sudah surut. Tidak ada lagi genangan air di Kota Barabai dan sekitar, sedang roda perekonomian pun sudah normal.

Walau begitu, limpahan air DAS Benawa   dari Kota Barabai itu membuat kawasan hilir atau daerah berawa-rawa yang kini menjadi tumpuan genangan air banjir dan jauh lebih lama.

“Kalau banjir di Barabai paling 2 – 3 hari surut. Tapi, kami  di  Pahalatan, Tabat, Samhurang  terendam berbulan-bulan. Apalagi, kalau pas sungai Barito banjir, maka pelataran rumah sampai tumbuh lumut lantaran terus terendam,”  ucap Mulyadi atau Imul, seorang penjual ikan basah dari Desa Pahalatan, Kec. LAU saat berjualan di Pasar Jumahat Bagambir – Kandangan.*

(JJD, Wartawan Senior Kalimantan)

Pos terkait