Konsep Energi Baru Terbarukan yang Lebih Ramah Lingkungan Diterapkan di IKN Nusantara

Kaltimku.id, BALIKPAPAN — Dengan hadirnya IKN (Ibu Kota Negara) baru Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur (Kaltim) yang dicanangkan oleh presiden Jokowi menggantikan Jakarta sejak 26 Agustus 2019. Kini sudah empat tahun berselang, derap pembangunan sedang berlangsung dilakukan secara masif.

Yang tidak terlepas dari perhatian pemerintah saat itu adalah penerapan konsep kelistrikan dari konvensional ke arah konsep Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah terhadap lingkungan (Eco Green).

Bacaan Lainnya

Seperti diketahui hingga saat ini, sumber listrik yang ada di Indonesia masih didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan bakar batu bara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kalau sampai tahun 2021, PLTU menyumbang sekitar 65,3 % untuk produksi listrik di Indonesia, baru kemudian diikuti oleh sumber energi lainnya.

Padahal, PLTU batu bara adalah salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim yang terjadi di dunia. Bahkan, Badan Energi Internasional (IEA)  menyatakan bahwa bahan bakar fosil batu baru menyumbang hingga 44% dari total emisi CO2 global.

General Manager PLN (Persero) UIP3 B Kalimantan  Abdul Salam Nganro

Dalam upaya mengatasi tantangan perubahan iklim dan ketergantungan terhadap sumber daya energi fosil yang terbatas, inovasi energi hijau telah menjadi fokus utama dalam pembangunan berkelanjutan. Energi terbarukan telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan adanya berbagai inovasi yang menjanjikan potensi besar dalam menggali sumber energi bersih dan berkelanjutan.

Dengan alasan yang sangat krusial tersebut, konsep pembangkit tenaga listrik yang bermuara ke konsep ramah lingkungan sangat diperlukan. Di Indonesia sendiri sudah ada penerapan konsep energi baru terbarukan dengan sistem kelistrikan yang lebih ramah lingkungan diantaranya ada tiga, yang pertama Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), Pada tahun 2018, Indonesia resmi memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin) yang dibangun di Sidrap, Sulawesi Selatan. PLTB Sidrap memiliki 30 kincir angin atau wind turbin generator yang masing-masing menggerakkan turbin berkapasitas 2,5 megawatt (MW). Sehingga, total kapasitas yang dihasilkan mencapai 75 MW atau dapat mengaliri listrik bagi sekitar 70.000 pelanggan di Sulawesi Selatan. Setelah diresmikannya PLTB Sidrap, terdapat 24 proyek PLTB di sejumlah daerah lainnya yang sedang dikembangkan pemerintah.

Angin, atau yang dalam bahasa Sansekerta disebut bayu memang merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dinilai lebih ramah lingkungan. Alasannya adalah energi ini selalu tersedia sepanjang waktu dan juga tidak menghasilkan limbah maupun gas-gas yang bisa berbahaya bagi lingkungan dan manusia.

Kemudian ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) jenis energi yang juga sangat berpotensi untuk dijadikan sumber energi listrik di Indonesia adalah panas bumi (Geothermal). Indonesia termasuk salah satu negara dengan sumber daya panas bumi terbesar di dunia, terutama karena letaknya yang berada di kerangka tektonik dunia. Diperkirakan bahwa jumlah sumber daya energi panas bumi di Indonesia mencapai 28,5 Giga Watt electrical (GWe). Dengan potensinya yang begitu besar, sayang banget jika tidak dimanfaatkan?

Energi panas bumi atau geothermal itu merupakan energi yang bersumber dari panas yang terkandung dalam perut bumi, yang umum dikaitkan dengan keberadaan gunung berapi. Sumber energi ini bisa ditemukan misalnya dalam air panas alami atau uap air. Dilansir dari data Kementerian ESDM, saat ini di Indonesia terdapat 13 PLTP. Beberapa di antaranya adalah PLTP Sarulla di Sumatera Utara, PLTP Darajat di Jawa Barat, dan PLTP Lahendong di Sulawesi Utara.

Dan ketiga adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Di Indonesia sendiri, saat ini sudah ada sejumlah PLTS yang tersebar di sejumlah lokasi. PLTS terbesar yang ada ialah PLTS Likupang yang memiliki lahan seluas 29 hektar dengan 64.620 panel surya. Keberadaan PLTS ini pun mampu mendukung sistem jaringan listrik di kawasan Sulawesi Utara dan Gorontalo. Karena mengandalkan sinar matahari, PLTS Likupang hanya beroperasi selama 12 jam, yakni dari pukul 05.30 pagi hingga 17.30 sore. Meskipun demikian, setiap harinya PLTS ini tetap bisa menyalurkan listrik sekitar 15 MW.

Ternyata ada berbagai pembangkit listrik di Indonesia yang sudah bersumber dari Energi Baru Terbarukan. Meskipun demikian, jumlahnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan keberadaan pembangkit listrik bertenaga batubara. Pemerintah sendiri memang memiliki target untuk mencapai target bauran pembangkit EBT sebesar 23% pada tahun 2025.

Maka dengan konsep energi yang ramah lingkungan ini cuma PLTS yang cocok diterapkan di IKN Nusantara. Tidak berlebihan, sejalan pergerakan pembangunan di IKN Nusantara, PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan dengan sigap merancang dan melaksanakan penerapan kelistrikan di IKN Nusantara dengan konsep energi listrik ramah lingkungan (eco green) salah satunya dengan dimulainya pembangunan Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang berkapasitas 50 MW dimana Jokowi melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pada Kamis, 2 November 2023.

Seperti diungkap, General Manager PLN UIP3B Kalimantan Abdul Salam Nganro, filosofi sistem listrik di IKN Nusantara ada tiga metode yakni, smart, green dan beautiful. “Filosofi smart meliputi sistem distribusi yang handal berkonsep zero down time (ZDT). Proteksi sistem berbasis fault location, isolation, service dan restoration (FLISR), real time losses dan power quality monitoring, supervisory control and data acquisition (SCADA), serta advanced neter insfrastructur (AMI),” ungkap Abdul Salam.

Filosofi Green ini, lanjut Abdul Salam meliputi integrasi infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan itegrasi operasi sistem dengan pembangkit EBT. Sedangkan filosofi Beautiful adalah minimalisasi dampak visual gardu saluran listrik dengan mengoptimalkan desain jaringan kabel bawah tanah, minimalisasi dampak visual gardu induk dengan mengintegrasikan bangunan gardu dengan lanskap area sekitarnya.

Pemanfaatan PLTS dengan konsep EBT di IKN selaras dengan konsep pembangunan IKN sebagai ibu kota Negara dengan konsep hutan kota (Forest City) yang hijau dan ramah lingkungan. Dengan begitu, ke depan sistem kelistrikan di IKN Nusantara akan berbasis pada EBT sehingga PLN tidak hanya mampu menghasilkan listrik yang andal, namun juga yang bersih dan ramah lingkungan. PLTS IKN akan memproduksi energi hijau sekitar 93 gigawatt hour (GWh) per tahun dan mampu memproduksi emisi sebesar 104.000 ton CO2 per tahunnya.

Perkembangan terbaru dalam inovasi energi hijau telah membuka peluang baru untuk menggali potensi energi terbarukan secara lebih efisien dan berkelanjutan. Energi surya, angin, air, biomassa, biogas, dan geothermal semuanya menunjukkan potensi besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, terus mendorong inovasi dan investasi dalam energi baru terbarukan. Dan di IKN Nusantara semua bernuansa eco green, smart dan beautiful.***

Jurnalis: Yun Darojatun

Pos terkait